twitter





Oleh : Hari Narasoma T.S.
Judul Buku : EINSTEIN : Kehidupan dan Pengaruhnya bagi Dunia
Penulis : Walter Isaacson
Dimensi : 15,5x23,5 cm Tebal : 699+xxvii halaman
Penerbit : Penerbit Bentang (PT Bentang Pustaka)

Buku yang ditulis oleh Walter Isaacson ini menjawab keingintahuan mereka yang hendak mengenal Einstein lebih jauh, pun juga memahami apa yang telah dilakukannya sehingga menjadi fisikawan yang paling diagungkan di seantero jagad.

Filsuf dan matematikawan Bertrand Russell pernah mengatakan bahwa semua orang tahu Einstein telah melakukan sesuatu yang mengagumkan, namun hanya sedikit sekali yang benar – benar tahu apa yang dilakukannya. Sesungguhnya pekerjaan Einstein itu adalah memperumum konsep fisika yang dipelopori oleh Newton tiga abad sebelumnya.

Dalam fisika Newton, ruang dan waktu dianggap sebagai dua objek terpisah. Ruang menjadi “panggung” tempat kejadian – kejadian berlangsung. Lebih jauh Newton mengasumsikan adanya ruang mutlak untuk mengamati kejadian – kejadian fisika secara pasti. Asumsi ini didasarkan pada percobaan embernya yang terkenal. Adapun waktu bersifat mutlak, mengalir dari masa lampau tak hingga menuju masa depan yang tak hingga pula. Berpijak pada anggapan itulah fisika Newtonian dirumuskan.

Meskipun rumusan tersebut telah mapan selama tiga ratus tahun serta sukses menjelaskan fenomena – fenomena fisika, bukan berarti tidak ada kritik sama sekali. Kebanyakan keberatan berawal dari para filosof. Sebagai tandingan bagi ruang mutlak, matematikawan Jerman, Leibniz, mengusulkan ruang yang bersifat relasional. David Hume menyatakan bahwa sebab-akibat (yang dalam hal ini menjadi konsekuensi filosofis dari fisika Newton) hanyalah konstruksi mental manusia. Alih – alih mempercayai hubungan sebab-akibat Hume mencetuskan gagasan bahwa apa yang nampak sebagai sebab-akibat itu sesungguhnya adalah kejadian-kejadian yang berurutan. Ernst Mach mengemukakan penolakan terhadap gagasan ruang mutlak Newton dengan berasumsi percobaan embernya akan memberikan hasil yang berbeda jika dilakukan di tempat yang hampa materi. Orang – orang inilah, terutama Mach, yang kelak sangat mempengaruhi pemikiran Einstein.

Tahun 1905, Einstein memberatkan teori Maxwell tentang cahaya daripada usulan Newton. Besar kecepatan cahaya di ruang hampa adalah sama bagi semua pengamat, tidak peduli bagaimana dan seberapa cepat pengamat itu bergerak. Disertai dengan generalisasi prinsip Galileo, bahwa hukum – hukum mekanika mempunyai bentuk yang sama bagi para pengamat yang bergerak secara seragam, Einstein merumuskan teori relativitas khusus. Pencapaian ini mengubah pandangan manusia tentang ruang dan waktu mutlak, serta menyatukan kedua objek tersebut menjadi satu kesatuan tak terpisahkan, yakni ruangwaktu. Namun demikian, teori relativitas khusus Einstein masih dibayangi oleh gravitasi Newton yang belum dicakupnya.

Menurut Newton, terdapat gaya tarik-menarik antara dia buah benda bermassa. Besar gaya itu sebanding dengan massanya dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak dari kedua buah benda. Nampaknya sangat logis jika salah satu benda tiba – tiba menghilang, meka pengaruhnya pada benda kedua hilang seketika itu juga tidak peduli berapapun jaraknya. Ini bertentangan dengan salah satu konsekuensi teori relativitas khusus, bahwa tidak ada yang bergerak lebih cepat dari cahaya. Karena itulah, Einstein berusaha memperumum teorinya sedemikian rupa sehingga gravitasi tercakup di dalamnya. Dalam usahanya memperumum teori relativitas, Einstein bukan tidak menemui hambatan. Meskipun gagasan utamanya muncul pada tahun 1908 namun ia tidak bisa merumuskan teorinya begitu saja karena kerumitan teknik matematika yang dibutuhkan. Sementara Einstein sendiri bukan orang yang ahli dalam bidang matematika.
Teori relativitas yang diperumum itu baru bisa dirammpungkannya tahun 1915, setelah ‘berguru’ pada temannya Marcell Grosmann dan terlibat konflik kecil dengan matematikawan handal Jerman, David Hilbert. Menurut teori ini, gravitasi tak lain adalah kelengkungan ruangwaktu semata.

Bagaimana proses pemikiran Einstein sehingga fisikawan nyentrik itu bisa meraih gagasan tentang teori relativitasnya, disajikan secara menarik dan dengan bahasa yang ‘ringan’ setara novel – novel fiksi. Tanpa latar belakang fisika pun, pembaca dapat menikmati buku setebal 699+xxvii ini. Di sisi lain, ketebalan buku tidak menjadikannya sarat dengan penjelasan yang kabur. Justru sebaliknya, ia menjanjikan kepadatan informasi yang dimuat.

Di samping sejarah hidup yang biasanya melulu tentang penemuan teori relativitas, problem – problem pribadi fisikawan kelas wahid itu juga disajikan secara detail. Misalnya rumahtangga Einstein dengan Mileva Maric yang berujung perceraian, pernikahan kedua dengan sepupunya Elsa, juga penolakan kerasnya terhadap pengembangan senjata nuklir –yang ironinya adalah produk dari teori relativitas. Singkat kata, buku ini layak dibaca oleh semua kalangan, baik yang secara khusus berkecimpung di dunia fisika maupun sekedar ingin menikmati kisah hidup sang ilmuwan akbar.