twitter



Dalam video di atas, Dr. Naik memberikan tanggapannya terhadap teori evolusi. Tulisan kali ini dimaksudkan untuk memberikan kritik pada Dr. Naik dalam video di atas.

1. Dr. Naik tampaknya tidak membaca The Origin of Species, sehingga dalam penuturannya Darwin seolah ragu - ragu dalam mengungkapkan teori evolusi. Siapapun yang membaca The Origin Bab 6, akan menemukan bahwa Darwin mengakui adanya beberapa sanggahan terhadap teori yang amat kontroversial tersebut, tetapi ia kemudian memberikan tanggapan bagi sanggahan - sanggahan yang telah diajukan dengan menyuguhkan beberapa bukti "sederhana".

Misalnya, menurut laporan seorang bernama Hearne ada beruang di Amerika Utara yang mampu berenang berjam - jam dengan mulut menganga untuk mendapatkan makanan. Darwin berargumen bahwa dalam keadaan yang sangat ekstrim, ras beruang yang mempunyai kebiasaan seperti ini boleh jadi akan diubah oleh alam menjadi makhluk air seperti ikan paus.

Darwin menyuguhkan bukti - bukti tersebut secara meyakinkan, atau sekurang - kurangnya tidak seragu Darwin dalam gambaran Dr. Naik, meskipun argumen yang dia kemukakan relatif sederhana. Sains biologi di zaman Darwin masih sangat terbatas dibandingkan biologi abad ke-21, sehingga bukti dan argumen "sederhana" yang diajukannya dapat dimaklumi.

2. Teori evolusi yang dikatakan Dr. Naik adalah bahwa manusia berasal dari kera (kesalahpahaman seperti ini sudah mendarah daging sampai ke khalayak). Teori Evolusi tidak mengatakan bahwa manusia berasal dari kera, tetapi bahwa semua makhluk hidup berasal dari nenek moyang yang sama. Khususnya, manusia dan kera mempunyai nenek moyang yang sama.

3. Dr. Naik mengatakan bahwa Al-Quran menyatakan teori penciptaan, dan seolah - olah itu bertentangan dengan teori evolusi. Sebenarnya tidak harus, karena teori evolusi sendiri (sejauh pengetahuan saya) tidak berbicara tentang penciptaan makhluk hidup untuk pertama kali. Tetapi ia menyatakan bahwa makhluk hidup mengalami peubahan sedikit demi sedikit tiap generasi sehingga satu nenek moyang bisa mempunyai dua keturunan yang sangat jauh berbeda. Jika ditafsirkan dengan cara tertentu, beberapa ayat Al-Quran justru mendukung teori evolusi. Pembaca dapat merujuk pada Bab 9 buku "Islam's Quantum Question: Reconciling Muslim Tradition and Modern Science" tulisan Nidhal Guessoum untuk penjelasan yang lebih rinci mengenai Al-Quran dan evolusi.

4. Dr. Naik mengatakan bahwa jika teori evolusi benar, maka ia akan dimasukkan dalam buku - buku ajar kedokteran. Implikasi ini tidak bisa dianggap benar. Pasalnya urusan seorang dokter adalah bagaimana membawa pasien menuju kesembuhan. Lalu apakah seorang dokter yang memahami teori evolusi (secara umum) lebih baik daripada dokter yang tidak meamahaminya? Tentu tidak, karena pengetahuan tentang teori evolusi (secara umum) tidak berguna dalam proses penyembuhan pasien. Jadi sangat wajar kalau teori evolusi tidak ada dalam buku - buku teks kedokteran. Kalaupun mahasiswa kedokteran harus belajar tentang teori evolusi, barangkali hal itu menyangkut tema yang sangat khsusus semisal bagaimana penyakit berevolusi dan menjadi kebal terhadap vaksin sebagaimana penuturan si pemuda dalam video di atas.

5. Dalam sains, "teori" tidak harus menempati derajat yang "rendah". Teori adalah suatu gagasan yang kemudian diuji kemampuannya dalam menjelaskan fenomena - fenomena alam. Contoh yang sangat bagus dalam hal ini adalah teori gravitasi Einstein. Selama lebih dari dua ratus tahun sebelum era Einstein, teori gravitasi (atau kadang - kadang orang menyebutya sebagai "hukum gravitasi") yang dikemukakan oleh Newton meraih kepercayaan yang sangat kuat di kalangan para fisikawan. Berbagai pengujian telah dilakukan sampai akhirnya teori tersebut gagal menjelaskan gerak "aneh" planet Merkurius. Singkat cerita, "keanehan gerak" planet Merkurius ini dapat dijelaskan oleh teori gravitasi yang dikemukakan Einstein. Dalam perkembangannya, teori tersebut juga berhasil lolos uji hingga saat ini. Namun para fisikawan masih menganggap teori Einstein itu sebgai sebuah "teori".

Sejauh saya tahu, teori evolusi bukan sekadar gagasan gila yang dijadikan dogma, tetapi bukti - bukti pendukungnya terus ditemukan. Meskipun dengan begitu tidak langsung menjadikan "teori" evolusi sebagai "fakta" evolusi. Point utamanya adalah bahwa teori evolusi tidak menempati derajat rendah sebagaimana yang telah digambarkan Dr. Naik dalam video di atas.

6. Si pemuda membuat kesalahan ketika mengatakan "highest honor" (kehormatan tertinggi) dan "...theory that is a fact..." (teori adalah fakta), seharusnya pemuda itu mengatakan sesuatu seperti "kehormatan yang tinggi". Ia juga mengambil langkah yang kurang tepat ketika mengambil teori gravitasi sebagai contoh. Jika ia melengkapi contohnya dengan mengatakan "teori gravitasi Einstein" dan melanjutkan penjelasannya sebagimana kritik nomer 5, dia bisa membuat argumen yang bagus. Sayang sekali, kesalahan pemuda ini oleh Dr. Naik digunakan untuk meruntuhkan mentalnya, mendapatkan tepuk tangan penonton dan mengakhiri debat.


Teorema No-Cloning adalah teorema matematis dalam fisika kuantum yang memberikan kesimpulan akhir bahwa kita tidak bisa memperoleh informasi apapun tentang vektor keadaan tanpa mengganggunya.

Misalkan kita punya keadaan kuantum yang tidak diketahui , untuk menyederhanakan permasalahan, mari kita membayangkan keadaan spin elektron dengan

...(1)
Dengan dan menyatakan peluang runtuh menjadi dan , keduanya  hendak dicari. Ketika kita melakukan pengukuran terhadap keadaan , keadaan tersebut akan runtuh menjadi i atau ii dengan peluang masing - masing dan . Akan tetapi karena telah runtuh, kita tetap tidak tahu apa - apa tentang dan . Karena kita tidak tahu bagaimana cara mempersiapkan keadaaan , maka kita hanya berharap bahwa keadaan tersebut bisa dijiplakkan ke elektron lain yang sebelumnya sudah diketahui. Dengan kata lain, misalkan kita punya satu elektron dengan keadaan yang tidak diketahui dan elektron lain dengan keadaan yang sudah dietahui, misalkan , maka kita berharap ada suatu cara untuk membuat keadaan elektron kedua berubah dari menjadi .

Secara matematis, ini berarti bahwa ada operator penjiplak yang bersifat uniter dan bekerja pada keadaan campuran sedemikian rupa sehingga berlaku
...(2)
Pemilihan sifat uniter operator penjiplak mempunyai dua alasan, yaitu kita tidak ingin menghilangkan informasi kuantum dan keadaan - keadaan pada kedua sisi persamaan (2) ternormalisasi. Oleh karena tidak ada alasan khusus yang mengharuskan hanya berlaku untuk beberapa keadaan kuantum saja, maka operator tersebut dianggap mampu menjiplak sembarang keadaan kuantum.

Misalkan menjiplakkan keadaan lain bagi elektron pertma ke keadaan elektron kedua yang diketahui , sedemikian rupa sehingga
...(3)
Maka dengan mengambil hasil kali skalar antara persamaan (2) dan (3), kita peroleh
,...(4)
yang menghasilkan
,...(5)
atau
...(6)
Dengan kata lain, "sejajar" atau "tegak lurus" dengan . Jadi operator yang kita harapkan mampu menjiplak sembarang keadaan kuantum itu tidak ada. Secara fisis, ini berarti bahwa secara matematis kita tidak diizinkan untuk mengetahui informasi apapun tentang keadaan kuantum tanpa menganggunya.



Sumber : Blumel, R., 2010,  Foundations of Quantum Mechanics ; From Photon to Quantum Computers, Jones and Bartlett Publishers, Sudburry, Massachusetts.


Pak doktor dari Jepang yang dua hari lalu memberikan workshop masalah image processing dalam fisika medis hari ini memberikan kuliah serupa, namun dalam versi yang lebih ringkas dan dengan peserta yang lebih banyak. Si mahasiswa berambut kusut itu pun turut mengikutinya.

Menurut daya tangkap si mahasiswa, gagasan inti yang disampaikan pak doktor itu adalah konsep yang disebutnya multidimensional image processing dalam fisika medis dapat dianggap sebagai ruang vektor. Pak Doktor juga menampilkan satu slide khusus yang berisi beberapa anak panah dengan ekor masing - masing anak panah bertemu. Hal itu menimbulkan kesan untuk memperkuat gagasannya. Namun kemudian beliau mengatakan bahwa satu anak panah tidak begitu bebas dari yang lain. Maka si mahasiswa bingung, andaikan benar bahwa objek yang diwakili oleh satu anak panah dijadikan sebagai salah satu anggota basis bagi ruang vektor yang sedang dibangun, maka masing - masing anak panah per-definisi harus saling bebas linier satu sama lainnya.

Selain itu, di akhir presentasi pak Doktor juga turut menampilkan beberapa slide presentasi yang diberinya judul "differential geometry". Slide - slide itu berisi beberapa rumus yang agaknya tidak asing bagi si mahasiswa. Ia tidak melihat rumus - rumus itu dengan jelas karena tempatnya duduk berjarak cukup jauh dari layar LCD, tapi ia yakin bahwa ia mengenal mereka. Matriks Hessian, kelengkungan Gauss, dan beberapa rumus khas geometri diferensal yang lain. Ketika pak Doktor menyinggung bahwa differential geometry digunakan dalam bidang fisika medis, dalam benak si mahasiswa pun muncul pertanyaan tambahan.

Maka ketika kesempatan kedua untuk bertanya diberikan oleh pak moderator, si mahasiswa kembali mengangkat tangan kanannya tinggi - tinggi. Setelah microphone diberikan, ia lalu berujar, "You showed a picture that contain some arrows, and you correlated some concepts in medical physics to a vector space. I'm sorry, I don't really understand medical physics because I'm not a medical physicist, but my question is are you sure that those arrows, are linearly independent each other in the mathematical sense? And my second question is, you showed us some differential geometry concepts and its relation to medical physics. So, how much we need differential geometry to do your research field? Arigato Gozaimasu."

Pak Doktor agak kebingungan sebentar seperti dua hari yang lalu. "Hm, are you asking a general question about medical physics?"

"Sorry, you showed us some arrows, and correlate it to vector space. But later you said that each arrow not really independent each other. If those arrows are not linearly independent each other then we can't regard them as multidimensional vector space." Balas si mahasiswa.

"They can be independent each other but not have to be in a linear way. It could be quadratic and so on.  Do you get my answer?"

"Waduh! ini maksudnya apa ya?" Batin si mahasiswa. Untuk mencegah kebingungan lebih jauh, mahasiswa memutuskan untuk mencukupkan diri dengan jawaban yang diberikan. "So, you said that they actually independent but shouldn't be in a linear way. Okay. And my second question, how much we need differential geometry in your field?"

"I don't really get your point. Do you mean how much we should understand mathematics or what?"

"I mean how much, or how deep or how far, we should understand differential geometry to do a research on your topics. As we know that in differential geometry, there are some concepts such as manifold theory, connection theory, fiber bundle and even more advanced concepts. Do we need those all?"

"Hmmm... The most important thing is to understand the main ideas, and to see wether there is some connections between math and medical physics. You don't need to understand each spesification."

Agaknya si mahasiswa sudah banyak memakan waktu, dan itu membuat pak moderator segera angkat bicara. "I think you should stop and give up the time for another question, and you can continue your discussion after this session is over."

"Hm, okay. Thank you very much." Si mahasiswa pun kembali duduk.

 
...

Ketika sesi coffe break berlangsung, si mahasiswa didatangi oleh pak moderator yang kemudian mengulurkan tangannya untuk dijabat. Kendati agak terkejut uluran tangan itu disambutnya juga.

"Sampeyan berarti orang teori ya?" tanya pak moderator.

"Iya Pak."

"Gimana? Tadi sudah ketemu orangnya apa belum?" Orang yang dimaksud pak moderator itu, tentu saja adalah pak doktor dari Jepang.

"Belum Pak. Kelihatannya beliau masih sibuk, mungkin nanti kalau sudah longgar saya akan menemui beliau."

"Tadi sepertinya bapak itu tidak begitu paham pertanyaanmu. Saya curiga kalau bapak itu mungkin hanya meminjam istilah saja dari matematika."

"Hm, mungkin," tanggap si mahasiswa singkat. Percakapan dengan pak moderator masih berlangsung hingga beberapa kalimat ke depan.

Sayang, sampai konferensi berakhir mahasiswa semester sembilan itu tidak mendapatkan kesempatan untuk bertemu pak doktor dari Jepang untuk melakukan konfirmasi lebih jauh.


Seorang mahasiswa iseng memasuki ruang workshop dengan tema image processing dalam fisika medis. Kendati tema yang dibahas tidak menarik perhatiannya, tetapi slide yang ditampilkan oleh pemateri saat itu membuatnya memutuskan untuk duduk barang sebentar di kursi baris paling belakang.
Saat itu, pemateri yang adalah seorang doktor dari Jepang, menyampaikan peralatan matematis yang digunakan sebagai dasar untuk mencitrakan organ tubuh tertentu (atau mungkin kanker). Tepatnya, pak Doktor sedang menyampaikan prinsip aksi terkecil, integral fungsional yang bergantung pada satu variabel dinamis dan turunan - turunannya hingga orde kedua, semacam itulah.
"Any question?" tanya pak pemateri di akhir sesi. Si mahasiswa ingin bertanya, awalnya dia agak ragu tapi kemudian ia mengangkat tangan kanannya tinggi - tinggi. Melihat itu, pak pemateri kemudian menyambung, "Yes, you."
Mahasiswa berbaju kusut itu lalu meraih microphone yang disodorkan padanya, dan setelah menyebutkan nama, ia mengajukan pertanyaan berikut, "My question is, why do you choose that kind of Lagrangian? As we know that there are so many Lagrangians that satisfy the same equation, i. e. Euler-Lagrange equation. Why do you choose that? What's the physical reason behind that?"
Pak pemateri kebingungan sebentar. "Well, that's a good question, but difficult to answer. Emm... There is no such physical reason, but it's just based on the result. Do you get my answer?"
"So, you mean that it's like trial and error, and if the result is good then you use it?"
"Yes."
"Okay, thank you."
...
Ketika sesi coffe break berlangsung, mahasiswa berbaju kusut yang rambutnya tidak disisir itu buru - buru mengambil bagian. Kopi panas yang tidak terlalu manis di sore hari yang berhawa dingin akibat hujan itu, baginya adalah surga dunia. Kopi sudah didapat, ia lalu mencari tempat untuk duduk. Kebetulan, di depannya tiga orang yang kira - kira berusia tiga puluhan sedang bercakap - cakap. 
Ketika si mahasiswa sedang menyeruput kopinya, salah satu dari ketiganya menengok dan menyapa.
"Mas? Sampeyan dari (nama kampus terkenal) ya?"
"Bukan pak. Saya dari (nama kampus)," jawab si mahasiswa.
"Sampeyan yang tadi tanya - tanya tentang Lagrangian itu kan? Atau bukan?"
"Iya pak."
"Semester berapa sekarang?"
"Saya semester sembilan pak."
"Semester akhir, sedang skripsi berarti? Pekerjaannya tentang Lagrangian itu?"
"Bukan pak. Saya cuma pernah belajar, tapi diinget - inget, begitu..." Diam sebentar, mahasiswa itu lalu balik bertanya, "Njenengan sendiri, asalnya dari mana pak?"
"Saya dari (nama kampus terkenal)."
"Jurusan fisika?"
"Fisika medis."
"Tapi itu masih satu rumpun dengan fisika? Atau bagaimana?"
"Sementara ini masih gabung dengan fisika, tapi nanti tahun 2016 rencananya kami akan membuat jurusan sendiri," kata bapak dari jurusan fisika medis itu sebelum kembali bercakap - cakap dengan teman - temannya. Tak lama kemudian, mereka menyelesaikan sesi coffee break mereka dan kembali ke ruang workshop. Sementara si mahasiswa kembali tenggelam dalam kenikmatan kopi panas di sore yang dingin itu...