Seorang pria tua bermata sendu baru saja selesai menyantap hidangan penutupnya di sebuah restoran perancis. Ia berpaling pada sebotol wine, yang kemudian dituangkan ke gelas kosong dan lalu diteguknya dengan cara elegan. Selepas menyeka anggur di sudut bibir batinnya berbicara, "Eksistensi manusia pasti adalah sebuah kesalahan."
Kendati tak terdengar oleh telinga, tapi suara hati itu sampai padaku, yang pada waktu yang sama sedang meneguk kopi panas di angkringan seberang jalan, tepat segaris dengan pintu restoran perancis itu. Kalimat pak tua menarik kelopak mataku untuk menutup, nafasku menghembus dan lidahku berkata lirih, "Aku setuju denganmu, Pak Tua, dengan sejumlah catatan tertentu."