Nashiruddin bernama asli Muhammad ibn Muhammad ibn Hasan At - Thusi, ia juga disebut dengan Abu Ja’far. Lahir pada 11 Jumadil Awal 597 H, bertepatan pada 18 Februari 1201 di daerah Thus. Ayahnya bernama Muhammad bin Hasan, seorang alim, ahli fiqih dan hadis. Keluarga Nashiruddin bermazhab Syiah, karenanya sejak kecil ia belajar agama pada ulama Syiah.
Kecintaannya akan ilmu membuatnya tak segan untuk belajar berbagai subjek, tak pandang apakah ilmu agama atau ilmu umum. Tak heran jika ia punya banyak guru. Dalam bidang hadis misalnya, ia berguru pada ayahnya sendiri Muhammad ibn Hasan. Alqur'an dan ilmu fiqih pun ia pelajari dari sang ayah. Shahabuddin Ali ibn Abi Manshur pamannya dari pihak ibu, mengajarinya manthiq dan ilmu kalam. Sedangkan untuk matematika, ia belajar pada Kamaluddi Muhammad Hasib.
Saat masih remaja, ayah Nashiruddin meninggal. Tak lama setelah itu ia pun meninggalkan kota Thus untuk meneruskan belajarnya. Tujuan pertamanya adalah kota Nishabur. Di kota tersebut ia belajar pada beberapa ulama' kenamaan seperti Fariduddin Damad, Quthbuddin Mishri, Kamaluddin Yunesi dan Abu Sa'adat Isfahani.
Tahun 616 H invasi bangsa Mongol mencapai Iran, yang membuat Nashiruddin harus mengungsi ke Iraq. Saat itulah seorang ulama dari Qahestan bernama Nashiruddin Abdurrahim ibn Abi Mansur mengajaknya tinggal di istana Qahestan. Nashiruddin segera menerima ajakan itu. Di tempat tersebut ia menyusun karyanya dalam bidang astronomi berjudul Risalah Mainiyah, Asasul Iqtibas dalam bidang logika serta Akhlaqi Nasiri dalam bidang akhlak. Karya terakhir dipersembahkan khusus untuk Nashiruddin Muhtashim sang pemilik istana.
Bangsa Mongol merebut istana Qahestan pada tahun 1257. Nashiruddin ditangkap, namun karena Hulagu Khan sang pemimpin invasi itu mengetahui kepandaiannya ia justru diperlakukan secara hormat. Bahkan Hulagu mengangkat Nashiruddin sebagai penasehatnya di bidang ilmu pengetahuan. Konon, ia tidak berani mengambil keputusan yang bersifat ilmiah tanpa saran Nashiruddin.
Dalam koloni bangsa Mongol itulah Nashiruddin mencapai masa – masa emasnya. Ia mengusulkan pembangunan perpustakaan dan observatorium yang memuat teropong bintang yang paling canggih pada masa itu pada Hulagu, dan disetujui. Menurut Kennedy, setelah dikembangkan oleh salah seorang murid Nashiruddin, Al-Urdi, peralatan tersebut setara dengan milik Tyco Brahe (astronom yang menjadi mentor Kepler) abad ke-16.
Berdasarkan pengamatan terhadap benda – benda langit menggunakan teropong itu, beberapa ilmuwan di bawah pimpinan Nashiruddin menyusun Zij-i Ilkhani. Yakni tabel astronomi paling lengkap pada zamannya. Nama Ziij-i Ilkhani dinisbatkan pada gelar kehormatan pasukan berkuda Mongol. Perampungan tabel tersebut memakan waktu dua belas tahun dan berhasil dilengkapi pada tahun 1272. Karyanya yang lain mengenai astronomi adalah Tadzkira fi’ilm Hai’a, dalam risalah ini Nashiruddin mengkritisi model tata surya Ptolemy. Kekurangan model Ptolemy sebenarnya sudah dicurigai oleh astronom muslim, namun belum ada yang dapat menciptakan model tandingan yang konsisten sampai masa Nashiruddin. Ialah yang akhirnya mengemukakan model yang menentang Ptolemy.
Nashiruddin juga aktif dalam mengikuti serangan Hulagu Khan ke berbagai daerah dengan tujuan mengumpulkan naskah – naskah ilmiah. Ada yang mengatakan bahwa koleksi perpustakaan Nashiruddin mencapai empat ribu judul. Di antara penjaga perpustakaan tersebut ada seorang ahli sejarah bernama Ibn Al-Fawti, tawanan tentara Mongol yang diselamatkan Nashiruddin.
Matematika pun tak luput dari Nashiruddin, untuk bidang ini ia banyak menulis resensi karya – karya matematikawan Yunani kuno. Pun juga menulis bukunya sendiri. Nashiruddin banyak menangani masalah geometri (terutama trigonometri) dan teori bilangan. Aturan sinus yang kini menjadi bagian dari pelajaran trigonometri itu adalah temuannya.
Dalam bukunya yang lain, Syakl al-Qitha’ Nashiruddin memilah ilmu astronomi dengan trigonometri sebagai disiplin ilmu yang berdiri sendiri. Buku tersebut terdiri atas lima bab, yang setiap bab memuat beberapa pasal. Bab pertama mencakup 14 pasal, bab kedua 11 pasal, bab ketiga 3 pasal, bab keempat 5 pasal, bab kelima 7 pasal.
Nashiruddin tetap mempunyai pengaruh pada pemerintah Mongol setelah Hulagu meninggal. Kira – kira tahun 1271 ia berhasil mengobati luka Abaqa sang penerus Hulagu, yang diakibatkan oleh sapi liar. Tahun 1274 Nashiruddin menderita sakit, dan tak lama kemudian ia meninggal. Ia dimakamkan di dekat makam Syiah Imam ketujuh, Musa Al-Kazim, di dekat Baghdad.
Referensi :
Amin, Husayn Ahmad. 1995. Seratus Tokoh dalam Sejarah Islam. terj. Bandung: Remaja Rosdakarya.
‘Utsman, Muhamad ‘Ali. 2010. Ilmuwan – Ilmuwan Muslim yang Mengubah Dunia. terj. Yogyakarta : Beranda Publishing.
Mohammed, Mohaini. 2001. Matematikawan Muslim Terkemuka. terj. Jakarta : Salemba Teknika.