Seorang mahasiswa iseng memasuki ruang workshop dengan tema image processing dalam fisika medis. Kendati tema yang dibahas tidak menarik perhatiannya, tetapi slide yang ditampilkan oleh pemateri saat itu membuatnya memutuskan untuk duduk barang sebentar di kursi baris paling belakang.
Saat itu, pemateri yang adalah seorang doktor dari Jepang, menyampaikan peralatan matematis yang digunakan sebagai dasar untuk mencitrakan organ tubuh tertentu (atau mungkin kanker). Tepatnya, pak Doktor sedang menyampaikan prinsip aksi terkecil, integral fungsional yang bergantung pada satu variabel dinamis dan turunan - turunannya hingga orde kedua, semacam itulah.
"Any question?" tanya pak pemateri di akhir sesi. Si mahasiswa ingin bertanya, awalnya dia agak ragu tapi kemudian ia mengangkat tangan kanannya tinggi - tinggi. Melihat itu, pak pemateri kemudian menyambung, "Yes, you."
Mahasiswa berbaju kusut itu lalu meraih microphone yang disodorkan padanya, dan setelah menyebutkan nama, ia mengajukan pertanyaan berikut, "My question is, why do you choose that kind of Lagrangian? As we know that there are so many Lagrangians that satisfy the same equation, i. e. Euler-Lagrange equation. Why do you choose that? What's the physical reason behind that?"
Pak pemateri kebingungan sebentar. "Well, that's a good question, but difficult to answer. Emm... There is no such physical reason, but it's just based on the result. Do you get my answer?"
"So, you mean that it's like trial and error, and if the result is good then you use it?"
"Yes."
"Okay, thank you."
...
Ketika sesi coffe break berlangsung, mahasiswa berbaju kusut yang rambutnya tidak disisir itu buru - buru mengambil bagian. Kopi panas yang tidak terlalu manis di sore hari yang berhawa dingin akibat hujan itu, baginya adalah surga dunia. Kopi sudah didapat, ia lalu mencari tempat untuk duduk. Kebetulan, di depannya tiga orang yang kira - kira berusia tiga puluhan sedang bercakap - cakap.
Ketika si mahasiswa sedang menyeruput kopinya, salah satu dari ketiganya menengok dan menyapa.
"Mas? Sampeyan dari (nama kampus terkenal) ya?"
"Bukan pak. Saya dari (nama kampus)," jawab si mahasiswa.
"Sampeyan yang tadi tanya - tanya tentang Lagrangian itu kan? Atau bukan?"
"Iya pak."
"Semester berapa sekarang?"
"Saya semester sembilan pak."
"Semester akhir, sedang skripsi berarti? Pekerjaannya tentang Lagrangian itu?"
"Bukan pak. Saya cuma pernah belajar, tapi diinget - inget, begitu..." Diam sebentar, mahasiswa itu lalu balik bertanya, "Njenengan sendiri, asalnya dari mana pak?"
"Saya dari (nama kampus terkenal)."
"Jurusan fisika?"
"Fisika medis."
"Tapi itu masih satu rumpun dengan fisika? Atau bagaimana?"
"Sementara ini masih gabung dengan fisika, tapi nanti tahun 2016 rencananya kami akan membuat jurusan sendiri," kata bapak dari jurusan fisika medis itu sebelum kembali bercakap - cakap dengan teman - temannya. Tak lama kemudian, mereka menyelesaikan sesi coffee break mereka dan kembali ke ruang workshop. Sementara si mahasiswa kembali tenggelam dalam kenikmatan kopi panas di sore yang dingin itu...