twitter


David Richeson, dalam bukunya yang berjudul "Euler's Gem" bab 9 menuturkan biografi ringkas Descartes. Ulasannya tentang kehidupan filsuf penggagas rasionalisme itu tidaklah menarik, sebab keterangan yang lebih lengkap dapat diperoleh dari buku - buku filsafat. Sementara buku Richeson itu adalah buku tentang geometri, tepatnya topologi.

Bagian yang menggelitik terdapat di akhir bab, di mana diterangkan (secara ringkas juga) Descartes pernah meneliti polihedron, bahkan menemukan versi alternatif dari rumus Euler yang terkenal. Karena Descartes hidup seabad sebelum Euler, agaknya logis untuk memberikan kredit terhadap penemuan rumus itu. Richeson juga menulis, para ahli sempat berdebat mengenai siapa yang seharusnya berhak mendapat paten. Namun pada akhirnya ia cenderung memihak Euler dengan beberapa alasan, salah satunya adalah rumus Euler itu dapat diperluas ke sembarang dimensi seperti yang dilakukan Poincare.

Bagi saya ini sangat mengherankan, mengapa kredit penemuan orang yang hidup ratusan tahun silam masih diperdebatkan? Andaikan paten itu menghasilkan penghargaan, baik secara finansial maupun psikologikal, akankah orang yang telah mati itu terimbas? Saya kira tidak. Pun juga, ahli waris dari penemu yang bersangkutan sudah tidak jelas. Andaikan ahli waris sang penemu masih ada, atau jika saja para ahli yang berdebat itu punya kepentingan pribadi, itu sudah lain soal. Jadi, daripada memperdebatkan paten untuk penemuan yang penemunya sendiri telah mati berabad lamanya (baca : kadaluwarsa), bukankah lebih baik memperdebatkan hal - hal yang bersifat kekinian? Mari kita renungkan bersama...

0 komentar:

Posting Komentar

Monggo komentar...