twitter


Tuhan mengelilingimu dengan tentara kata – kata. Dengan itu, engkau bisa menolak atau menyergap kekuatan musuh. Namun, musuh dari dalam adalah musuh sejati. Jika engkau bisa menundukkan musuh yang ada di dalam, musuh di luar bukan apa – apa. Apa yang bisa mereka lakukan? (26)

Seribu perampok yang berada di luar tidak akan berbahaya, sampai pencuri lain membantu mereka membukakan pintu dari dalam. Engkau dapat berkata seribu kata dari luar, tetapi sejauh tidak ada seorang pun dari dalam mengatakan bahwa kata – katamu benar, itu tidak akan bermanfaat.
Seperti pohon. Jika tidak ada kesegaran pada akar, takkan ada gunanya engkau mengairinya. Maka, pertama – tama mesti ada kesegaran pada akar agar air bermanfaat. “Meski orang melihat ratusan ribu cahaya, sesungguhnya cahaya hanya berada pada sumbernya.” Dan sebaliknya, meskipun seluruh dunia dibangun dalam cahaya, tidak seorang pun akan mampu melihatnya. Hanya orang bemata cerah lah yang mampu melihatnya. (27)

Kata – kata merangsangmu untuk senatiasa mencari, tetapi sasaran atas pencarianmu tidak akan tercapai melalui kata – kata. Sebab apabila sasaran itu dapat diapai dengan kata – kata, tidak ada artinya usaha keras dan pemusnahan diri dalam Tuhan.
Kata – kata ibarat gerakan benda di kejauhan. Karena melihat gerakan itu, engkau ingin melihat benda apa yang seungguhnya. Gerakan benda itulah yang merangsang engkau menyaksikan benda itu. (29)

Dunia dibangun melalui imajinasi. Engkau menyebut dunia ini kenyataan hanya karena dunia ini dapat dilihat dan nyata. Sedangkan gagasan hakiki yang merupakan cabang dunia, justru engkau namakan imajinasi. Padahal kenyatanyya sebaliknya, imajinasi adalah dunia itu sendiri. (30)

Bayi hanya mengetahui susu dan ibunya. Tuhan tidak meninggalkan bayi dalam keadaan seperti itu, tetapi akan membuatnya semakin maju ke tahap makan roti dan bermain. Dari sana Dia melanjutkan ke tahap nalar. Di dalam hubungannya dengan dunia lain kita berada di tahap bayi. Dunia ini sekedar buah dada ibu yang lain. Dia tidak akan meninggalkanmu sampai  membawamu pada tahap engkau sadar bahwa ini adalah keadaan bayi dan tak lebih. (31)

Siang dan malam di dunia ini engkau mencari ketentraman dan kedamaian, walaupun sesungguhnya tidak mungkin engkau mencapai mereka di dunia. Namun demikian, pencarianmu tentu tidak sia – sia. Ketentraman dan kedamaian tentu bisa hadir, meski hanya sekejap. Kedamaian apapun yang engkau temukan di dunia ini, tidaklah abadi. Kehadirannya bagai kilat yang menyambar. Ia hadir disertai situasi penuh guntur, hujan, salju dan godaan. (32)

Pengetahuan apapun yang didapat dari ketekunan belajar di dunia ini adalah pengetahuan badaniah. Sedangkan pengetahuan yang bangkit dari pandangan setelah kematian adalah pengetahuan relijius.
Mengetahui apakah “Aku adalah Tuhan” adalah pengetahuan badaniah, sebagaimana orang yang sekedar melihat kobaran dan cahaya lampu. Pengetahuan relijius berarti membakar diri dalam kobaran atau cahaya lampu. Meleburkan diri pada makna “Aku adalah Tuhan” adalah pengetahuan relijius. Maka segala kesaksian adalah pengetahuan relijius. Sedang segala sesuatu yang bermakna “mengetahui” adalah pengeyahuan badaniah. (33)

Kata – kata tak lain hanyalah bayang – bayang dari kenyataan. Kata – kata merupakan bagian dari kenyataan. Apabila bayang – bayang saja dapat menawan hati, betapa mempesona kekuatan kenyataan yang ada di balik bayangan itu. (35)

Sungguh sangat kasihan seseorang yang mencapai laut dan terpuaskan hanya dengan segelas air. Tatkala mutiara dan ratusan ribu barang berharga bisa diambil dari laut, apa artinya segelas air? Dunia ini sekedar buih. Sedang, seluruh air lautan merupakan pengetahuan orang – orang suci. Maka, di manakah mutiara terletak? (36)

Ada sesuatu yang lebih dari sekedar ucapan iman yang diucapkan lidah. Sebab ucapan itu memiliki awal dan akhir. Apa pun yang dapat diucapkan, memiliki wal dan akhir adalah “bentuk,” “bungkus” ; sedangkan jiwanya tidak dibatasi oleh isyarat – isyarat fisikal dan tidak terbatas, tanpa awal dan akhir. (38)

Setiap sekte menolak sekte yang lain dengan mengatakan “Kami benar. Kebenaran hanyalah milik kami. Yang lain salah.” Dan yang lain mengatakan sama persis dengan mereka. Ini menjadikan “tujuh puluh dua iman” yang menolak satu sama lain. Pada satu sisi, mereka sepakat mengatakan tidak ada pihak lain yang memiliki kebenaran, hanya satu yang memilikinya. Sekarang orang beriman mesti cerdas dan bijak mengetahui manakah yang satu itu. Orang beriman ialah yang bijaksana, memahami, dan cerdas. Iman adalah kekuatan pembedaan dan pemahaman yang nyata. (41)

Bila kita ibaratkan seluruh dunia ini satu rumah, maka imajinasi, piiran dan gagasan adalah jalan masuk menuju rumah itu. Engkau bisa melihat sesuatu yang mengisi rumah bila engkau mengamati semua yang lewat di jalan masuk itu. Karena segala sesuatunya, baik atau buruk yang ada di dunia muncul pertama – tama dari jalan masuk. Baru kemudian ada di dalam rumah. (42)


A4NPQ6ZP4UCW

0 komentar:

Posting Komentar

Monggo komentar...