twitter


Werner Heisenberg

Judulnya lebih mirip bahasa novel ketimbang ilmiah. Tapi tidak jadi soal, justru salah satu tujuan umum tulisan ini ditulis adalah memberi kesan "santai" pada materi fisika yang notabenenya dianggap sebagai momok ilmu pengetahuan. :)

OK, langsung saja. Dari posting sebelumnya telah kita ketahui bahwa ketidakpastian posisi mempunyai hubungan yang berkebalikan dengan bilangan gelombang. Jika posisi dapat kita tentukan dengan tepat (ketidakpastiannya nol) maka bilangan gelombangnya menjadi tidak dapat didefisikan dengan tepat. Begitu pula sebaliknya. Pernyataan ini dapat kita ungkapkan melalui persamaan berikut


Tanda ~ berarti "dalam orde", jadi hasilkali ketidakpastian posisi dengan panjang gelombang berada dalam orde satuan. Menurut de Broglie p = h/λ, dan λ = 2π/k. Dari kedua persamaan tersebut kita peroleh p = hk/2π, dan untuk singkatnya kita tulis p = ћk atau k = p/ћ. Secara otomatis, ini memberi kita persamaan Δk = Δp/ћ. Masukkan ke persamaan (1) dan kita peroleh


dimana indeks-bawah x menunjukkan arah momentum. Sehinga persamaan - persamaan dan setara dengan persamaan di atas.

Bagaimana jika kita alih - alih menggunakan bilangan gelombang, kita gunakan panjang gelombang dalam persamaan?

Prosesnya sedikit lebih rumit. Pertama, mentang - mentang k = 2π/λ tidak lantas Δk = 2π/Δλ. Persamaan terakhir itu salah. Hubungan yang benar dihasilkan dari teknik terhebat dalam matematika, yakni kalkulus. Diferensial dari k adalah :


Dengan mengganti d menjadi selang kecil (Δ) kita peroleh


masukkan ke persamaan (1) dan kita dapatkan hubungan baru

 

Untuk bagian kuantumnya, kita masukkan panjang gelobang de Broglie λ = h/p ke persamaan (2). Sekali lagi kita peroleh


Hubungan ketidakpastian frekuensi dengan selang waktu dinyatakan oleh persamaan


Menurut rumus yang ditemukan Planck, E = hν. Berarti Δν = ΔE/h, yang jika dimasukkan dalam persamaan (3) akan menghasilkan hubungan


Lho!? Kok suku kanannya berbeda dari persamaan sebelumnya? Lagipula, persamaan Heisenberg menggunakan simbol dan bukan ~?

Penjelasannya, ingat kembali bahwa tanda ~ berarti "dalam orde" dan bukan "sama dengan". Perbedaannya adalah, untuk simbol ~ kita dapat mengabaikan beberapa faktor dalam persamaan. Dalam buku "Modern Physic" karya Kenneth Krane, faktor Δν pada persamaan (3) diubah menjadi Δω melalui hubungan ω = 2πν, dan faktor 2π sama sekali diabaikan. Dengan mengabaikan faktor 2π pada langkah awal, kita juga akan mendapatkan ћ sebagai hasil akhir.

Sementara itu, persamaan umum "Mas" Heisenberg yang biasanya ditulis mempunyai beberapa langkah lanjutan. Langkah tersebut meliputi perhitungan distribusi bilangan gelombang dan fungsi rapat probabilitas Gaussian, yang saat ini masih asing di telinga penulis.

Singkatnya, persamaan yang dikemukakan Heisenberg itu adalah bentuk yang "paling rapi" dari persamaan - persamaan di atas.


Yudhistira
Semilir angin malam membawa hawa dingin yang menusuk, menembus sekat - sekat bilik khsusus raja di bagian utara kerajaan Indraprasta. Sebuah kamar dengan pernak - pernik yang sederhana namun indah dipandang mata. Tempat di mana Prabu yudhistira tengah berbincang dengan istri tercinta.

"Yayi," kata Sang Prabu membuka pembicaraan. Kalimatnya yang bernada berat mengisyaratkan akan adanya suatu masalah. Namun helaan nafasnya yang jarang mengatakan bahwa "masalah" itu tak lebih dari sekedar ujian dari Yang Maha Kuasa.

"Hamba kakang," sahut sang istri. Perempuan itu bernama Drupadi, adalah putri kerajaan Pancala yang dihadiahkan pada Yudhistira atas keberhasilan adiknya, Arjuna, memenangkan kontes memanah. "Jika kakang punya masalah, jangan ragu untuk mengutarakannya. Sebagai seorang istri paduka, hamba wajib membantu," lanjutnya.

Yudhistira menghela nafas sebentar demi untuk membuat jiwanya lebih tenang. "Begini yayi, seandainya diluar sana ada orang yang tergila – gila padamu dan telah mengatakan padaku agar menyerahkan dirimu, tanpa peduli dengan atau tanpa perlawanan, apa gerangan yang hendak kau lakukan?"

Drupadi agak terkejut mendengar pertanyaan itu. Ia tahu dan paham betul watak suaminya, barangkali kata "seandainya" itu hanya untuk memperhalus bahasa saja. Barangkali memang benar - benar ada yang menginginkan dirinya. Sungguh aneh jika seorang istri diminta oleh orang lain lantas suaminya merelakannya begitu saja. Namun begitulah Yudhistira yang terkenal berdarah putih, tak pernah merasa memiliki. Apapun yang diminta orang lain darinya termasuk istri, pasti akan diberikan.

“Kakang sendiri bagaimana? Apa kakang rela aku diambil orang dan dipaksa untuk menghianati cinta suci kita?” tanya Drupadi memastikan. Sekalipun ia tahu apa yang akan dikatakan suaminya, namun ia ingin mendengarnya langsung.

“Apapun yang dipahami orang – orang sebagai “milikku” sejatinya bukanlah milikku, melainkan titipan dari Yang Maha Esa. Apakah kita bisa protes jika suatu saat Dia mengambil titipan-Nya kembali? Kurasa tidak. Soal apakah Dia mengambil dengan cara paksa atau halus dan menyakitkan atau tidak itu tergantung dari cara manusia menyikapi. Namun yayi, rasanya tak bijak kalau dalam perkara ini aku memutuskannya sendirian, lantaran kau juga punya hak untuk memilih.”

“Aku sudah menduga kalau kakang akan berkata demikian. Jika ini sudah menjadi kehendak-Nya, apa yang bisa aku lakukan? Aku bersedia kakang. Namun ketahuilah, sampai mati pun aku tidak akan pernah menghianati cinta suci kita. Orang itu boleh memiliki tubuhku, tapi tidak cintaku,” jawab Drupadi mantab, berusaha untuk mengimbangi “darah putih” suaminya.

Malam berikutnya, yudhistira telah bersiap. Itulah saat dimana ia harus berpisah dengan sang istri. Pintu diketuk, tapi teryata yang muncul adalah Bima. Ia datang dengan alasan ingin mengajak kakaknya begadang lantaran tak bisa tidur. Padahal sebenarnya ia tahu ada yang tidak beres. Kemarin sore ia mendengar kasak – kusuk para kurawa tentang Drupadi. Meskipun Bima tidak tahu dengan jelas apa masalahnya, tapi kalau berhubungan dengan kurawa hampir dapat dipastikan kalau itu niat jahat. Dan ia hendak menggagalkan rencana itu dengan caranya sendiri. Sebab jika ia mengkonfirmasi langsung pada Yudhistira, hanya kekecewaan yang akan ia dapatkan. Kakaknya itu seolah justru membela para kurawa.

Akhirnya penculikan Drupadi malam itu tak jadi dilakukan. Utusan Kurawa yang ditugasi untuk membawa Drupadi diam – diam, tidak bisa masuk. Adanya Bima yang mengawasi tempat itu bisa menjadi masalah serius. Menurut pengalaman, siapapun yang berurusan dengan Bima, jika ia berada pada posisi yang salah maka ia akan menemui ajal dengan sangat mengenaskan. Yudhistira menyadari hal ini, ia pun menyarankan pada Kurawa agar utusan mereka masuk lewat pintu belakang. Jika Bima datang lagi maka ia akan berusaha untuk membuatnya lengah.

Dan benar, pada kesempatan lain setelah larut malam utusan itu datang lagi. Kali ini ia lewat pintu belakang sesuai rencana. Namun Bima tentu saja tidak sebodoh itu, kemungkinan ini telah diantisipasi dengan menyuruh anaknya, Gatotkaca, bersembunyi di balik mendung untuk mengawasi istana Indraprastha dari langit. “Jangan sampai ada sekor tikus pun yang masuk!” perintah Bima.
“Lalu romo, jika penyusup itu masuk apa yang harus saya lakukan?” tanya Gatotkaca.
“Hmm, benar. Pakdhemu itu pasti akan membela Kurawa. Dia pikir dengan menyerahkan semuanya pada Yang Kuasa, kejahatan akan sirna begitu saja. Romo pikir itu keliru, doa penting tapi usaha tidak boleh ditinggalkan. Selama kita benar, kita berhak melawan sampai titik darah penghabisan.”
“Jadi?” sela Gatotkaca.
“Begini, kita biarkan dulu penyusup itu masuk dan menculik kang mbok Drupadi. Seharusnya dia membawa tempat barang atau semacamnya agar tidak begitu mencolok. Kau masuklah ke wadah itu tanpa sepengetahuannya. Ambil budhemu dan sembunyikan dalam cincin, gunakan kesaktianmu untuk melakukannya. Setelah si penyusup membuka kotak itu di depan majikannya, jangan tanggung – tanggung, langsung mengamuk. Ngerti kowe Tot!?”
“Wah, tak biasanya romo bicara terlalu banyak. Tapi aku suka bagian terakhirnya, mengamuk tanpa – tanggung – tanggung.”

Bima menang, rencananya lah yang berjalan mulus. Penyusup itu yakin yang dia masukkan ke dalam peti semalam adalah Dewi Drupadi. Namun begitu sampai di depan Dursasana sang majikan dan membukanya, Gatotkaca yang keluar. Tanpa pikir panjang lagi ia langsung membabi buta, apapun yang ada di hadapannya diterjang. Sebagai penutup ia hantamkan lengan kirinya ke tanah setelah merapal mantra aji brajamusti. Dalam waktu singkat rumah Dursasana runtuh seperti habis kena gempa 10.0 skala richter. Puas mengamuk, ia pun langsung terbang kembali ke Indraprastha.

Ketika Gatotkaca telah tampak dari kejauhan, Bima menyambut dengan senyum yang agak dipaksakan. Sifat kaku menahannya untuk tersenyum lebih lebar. Sementara hatinya bangga akan dua hal, anak yang dapat diandalkan dan peristiwa yang dapat digunakan untuk menjatuhkan presepsi integralisme kakaknya. “Dengan kejadian ini saya harap mbarep bisa berubah pikiran. Kepasrahan total pada Tuhan tanpa adanya usaha hanya akan membuat kejahatan merajalela. Mbarep bisa bayangkan sendiri jika saya dan Gatot tidak membantu, kang mbok Drupadi pasti sudah dijadikan mainan oleh Kurawa sialan itu.”
“Adikku yang baik,” jawab Yudhistira, “Apakah kau pikir bantuanmu itu murni darimu?“
“Maksud mbarep?” tanya Bima tak mengerti.
“Sederhana. Apakah kau pikir bantuanmu itu lepas dari kehendak Tuhan?”
“Eh!” Bima tercekat.
“Tidak ada sesuatu pun yang lepas dari kehendak-Nya. Kata – kata kita, pilihan – pilihan kita, jalan hidup serta takdir kita berada dalam naungan kehendak Hyang Widhi. Jangan kau berpikir bahwa ‘usahamu’ itu benar – benar ‘usahamu’ dan terlepas dari kehendak-Nya. Kita tak dapat merubah takdir, kita hanya tak tahu takdir kita secara pasti. Ketidakpastian inilah yang oleh banyak orang dipahami sebagai ‘Manusia yang berusaha, sedangkan Tuhan yang menentukan.’ Jika ada orang yang berkata bahwa takdir itu dapat dirubah, itu berarti pemahamannya akan Tuhan masih belum benar seratus persen menurut ukuran makhluk. Ya, kita hanya dapat menggunakan ukuran makhluk, karena mustahil seseorang dapat mencapai ukuran Tuhan,” kata Yudhistira sambil berlalu.


Telah kita ketahui bahwa jika kita menggunakan gelombang klasik untuk mendeskripsikan partikel maka akan kita dapatkan ketidakpastian posisi dan panjang gelombang. Jika dilanjutkan lebih jauh, kita akan mendapati bentuk ketidakpastian yang lain yakni frekuensi dan waktu. Untuk membuktikannya, asumsikan kita punya sebuah mesin pencacah gelombang. Mesin itu akan mencatat jumlah gelombang selama selang waktu yang kita inginkan.

Sekarang misalkan sebuah gelombang suara terinput ke dalam mesin, dan kita ingin mencacah gelombang itu dalam selang satu detik, serta mesin mencatat sebanyak 100 gelombang. Maka kita simpulkan bahwa frekuensi gelombang tersebut 100 Hz. Benarkah demikian? Nyatanya tidak. Mesin pencacah hanya bisa mencatat satu gelombang, tidak bisa setengah atau seperemat. Karenanya jika jumlah gelombang yang terinput selama selang satu detik tadi sebanyak 100,5 gelombang, misalnya, mesin akan menampilkannya sebagai 100. Begitu juga dengan 100,1 ; 100,2 ; dan seterusnya. Jadi mesin kita mempunyai ketidakpastian pengukuran dalam orde satu panjang gelombang.

Gambar 1 : Tampilan hasil pengukuran mesin pencacah gelombang imajiner kita.
Solusi yang paling logis, kita harus meningkatkan selang waktu pengukuran kita. Misalkan kita melakukan pengukuran dalam selang waktu dua detik. Jika banyak gelombang yang masuk selama selang satu detik pada pengukuran pertama tadi tepat 100,5 buah gelombang maka pada pengukuran kedua ini mesin akan menampilkan angka 201 buah gelombang. Tapi masalah tidak lantas selesai begitu saja. Selama selang dua detik terakhir, seberapa jauh gelombang ke seratus dua telah berlalu? Memahami pertanyaan ini mudah, namun untuk menjawabnya berdasarkan langkah sebelumnya kita hanya punya dua pilihan. Pertama kita butuh mesin pencacah yang lebih canggih, dengan demikian ketelitian yang diberikan lebih tinggi. Kedua, sesuai dengan solusi pertama, tingkatkan selang waktu pengukuran.

Pada akhirnya, kedua pilihan di atas hanya mengimplikasikan ketidakpastian selang waktu sebagai ongkos yang harus dibayar untuk mendapatkan kepastian frekuensi. Pilihan pertama, jika mesin super canggih seperti itu dapat diciptakan, mesin akan menghabiskan seluruh rentang waktu alam semesta untuk menampilkan hasil pengukurannya di layar monitor. Bayangkan mesin mencatat 100,52515625632762… buah gelombang, dan masih terus mencatat angka – angka itu untuk mempertinggi ketelitian hasil pengukurannya.

Sama halnya dengan pilihan kedua, jika kita ingin mencacah gelombang dengan benar – benar teliti maka selang waktu tak hingga lah yang kita butuhkan. Dan tentunya tidak lucu jika kita menghabiskan umur kita dari lahir sampai mati di depan mesin pencacah gelombang. :)


Adalah Werner Heisenberg, seorang tokoh pendiri mekanika kuantum yang memperkenalkan prinsip ketidakpastian berdasarkan fenomena dualisme gelombang-partikel yang menjadi topik pembicaraan serius pada awal abad ke-20. Menurut prinsip tersebut, kita tidak dapat mengetahui posisi dan momentum partikel atomik dengan akurat secara bersamaan. Semakin jelas salah satu, semakin kabur pengetahuan kita tentang yang lainnya. Bagaimana pandangan klasik menyikapi hal ini?

Tinjau sebuah gelombang sinusoidal berbentuk dari sampai . Grafiknya adalah seperti gambar berikut:



Kita punya panjang gelombang yang pasti yakni , akan tetapi kita tak dapat menunjukkan di mana gelombangnya terletak. Ya, gelombangnya memenuhi seluruh ruang mendatar dimensi satu. Sekarang, jika kita ingin menggambarkan sebuah partikel dengan gelombang, kita butuh sifat khas partikel yaitu terlokalisasi. Atau dengan kata lain, dapat dipastikan keberadaannya dalam sebuah ruang sempit. Karenanya, gelombang kita di atas tidak dapat digunakan untuk mendeskripsikan sebuah partikel.

Persoalan tersebut dapat diatasi dengan memadukan gelombang itu dengan gelombang lain yang panjang gelombangnya sedikit berbeda. Sekarang persamaan kita berbentuk dari sampai , dan dalam grafik kita dapatkan sedikit informasi tentang letak gelombangnya.



Kita katakan bahwa tidak adanya amplitudo berarti tidak ada gelombang. Dengan adanya ketidak samaan amplitudo maka posisi gelombang bersifat probabilistik. Kemungkinan kecil berada di daerah dengan amplitudo kecil, dan kemungkinan besar beada di daerah dengan amplitudo besar. Tentu saja, informasi ini masih terlalu kasar.

Harga yang harus dibayar jika kita menerapkan metode di atas adalah perubahan panjang gelombang. Seperti yang kita tahu bahwa panjang gelombang adalah jarak antara dua puncak gelombang. Ketika jarak antara gelombang satu dengan yang lain berbeda maka kita akan kesulitan untuk menentukan panjang gelombang yang “sebenarnya”, sebab semua panjang gelombang yang kita ukur sah.

Dan jika kita tetap memaksakan diri untuk menentukan letak gelombangnya, kita dapat menambahkan banyak gelombang dengan amplitudo tertentu dan panjang gelombang yang beragam sehingga terbentuklah sebuah gelombang dengan kepastian posisi seperti gambar berikut :



Dengan demikian kita peroleh sedikit kepastian posisi gelombang, sebab di luar ruang sempit itu amplitudo gelombangnya nol. Dan jika langkah ini kita teruskan, akan kita dapatkan sebuah pulsa yakni gelombang tunggal dengan posisi yang pasti.



Namun kita akan mendapati kenyataan bahwa panjang gelombang dari “sebuah” gelombang tidak dapat didefinisikan. Mengingat definisi panjang gelombang, kita butuh setidaknya dua puncak (atau lembah) gelombang. Karenanya, jika salah satu di antara kedua besaran itu (posisi dan panjang gelombang) kita tentukan dengan tepat maka besaran yang lain tidak akan terdefinisi.


Seseorang mengguncang buah aprikot agar jatuh dari pohonnya, lalu memakan buah itu. Ketika pemilik kebun menangkap basah dan mengatakan, “Apakah engkau tidak takut pada Tuhan?” Orang itu menjawab, “Untuk apa aku merasa takut? Pohon ini milik Tuhan dan aku ini pelayan Tuhan yang sedang memakan milik-Nya.”
Engkau mesti mendapat ganjaran atas perbuatanmu,” kata sang pemilik pohon sambil menyuruh pegawainya untuk mengambil beberapa potong tali. Lalu lelaki itu diikat dan dipukulinya.
“Apakah engkau tidak takut pada Tuhan?” teriak lelaki itu.
“Untuk apa aku takut? Bukankah engkau pelayan Tuhan? Dan ini adalah tongkat Tuhan yang aku pukulkan pada pelayannya,” kata pemilik kebun. (159)

Engkau dapat melihat jejak nafasmu pada musim dingin, namun tidak pada musim panas. Ini bukan karena pada musim panas nafasmu berhenti. Tetapi karena pada saat musim panas, di mana udara sangat panas sehingga nafasmu yang sangat lembut tidak bersedia menampakkan diri. Sama halnya, seluruh sifat dan hakikatmu juga terlalu lembut untuk dapat dilihat. Itu hanya bisa diraba lewat segala perbuatanmu. (161)

Tunjukkan kepadaku kejahatan di dunia ini yang tidak berisi sejumlah kebaikan dan kebaikan mana yang tidak mengandung sejumlah kejahatan. Sebagai contoh, seseorang merencanakan melakukan pembunuhan dan oleh sang korban dibelokkan menjadi perzinaan hingga pembunuhan itu tidak sempat dilakukannya.
Pada satu sisi perzinaan itu jahat, namun pada sisi lain, karena ia menghalangi pembunuhan , ia menjadi sesuatu yang baik. Maka baik dan jahat adalah satu hal, tidak mungkin melepaskan diri. Dari sinilah kami tidak sepakat dengan Zoroaster yang mengajarkan bahwa tuhan itu dua. Satu pencipta kebaikan dan yang lain pencipta kejahatan. (162)

Pendurhaka dan orang suci, orang yang taat dan ingkar, setan dan malaikat, sesungguhnya sama – sama melakukan penghambaan kepada Tuhan. Penjelasannya bisa menggunakan analogi tentang raja yang berhasrat menguji budaknya. Ia ingin memilih mana budak  yang taat dan yang tidak. Juga mana yang layak dipercaya serta beriman dan yang pengkhianat. Tentu mesti ada yang menjadi penghasut, agar raja bisa memilah budak – budaknya. Bagaimana raja menetapkan golongan budak – budaknya?
Si penghasut, bertikdak sebagai budak raja, dan melakukan apa - apa yang raja perintahkan. Ia bagaikan angin yang dikirim untuk memisahkan ngengat dari elang. Angin mengeluarkan ngengat dari pepohonan di taman. Namun burung elang akan bertahan dalam taman.
Sebagaimana juga, raja yang memerintahkan budak perempuannya untuk berhias secantik mungkin. Setelah itu, dia disuruh keluar dan memperlihatkan diri di hadapan budak – budak laki – laki. Hal itu dilakukan untuk mengetahui siapa di antara para budak itu yang layak dipercaya dan siapa yang menjadi pengkhianat. Meskipun perilaku budak perempuan itu jika dilihat dari luar merupakan pengkhianatan pada sang raja, tetapi pada hakikatnya tidak. Semua yang diperbuat oleh budak itu adalah penghambaan terhadap sang raja. (164)

Seorang lelaki bereteriak meratap selama shalat. Apakah shalatitu batal? Jawabannya bergantung untuk apa dia berteriak dan apa yang dia lihat. Apakah dia berteriak untuk dunia lain, melampaui dunia wujud? Dan apa yang ia lihat? Apabila yang dia lihat adalah keadaan shalatnya yang buruk sehingga ia bisa menyempurnakannya, maka teriakannya justru membuat shalatnya benar dan lebih lengkap.
Namun apabila sebaliknya, matanya menangis karena dunia ini atau teriakannya timbul karena rasa sengsaranya melihat musuh yang mengungguli dirinya, maka shalatnya tidak lengkap dan tidak sah. Tidak sah juga apabila, teriakan itu terlahir dari kecemburuan pada seseorang yang memiliki sesuatu yang tidak dimilikinya. (166)

Apabila engkau hanya menanam biji aprikot yang sudah kehilangan tempurung, maka ia tidak akan tumbuh. Namun jika engkau menanam dengan tempurungnya, baru engkau bisa mengharapkannya tumbuh besar. Maka kami menjadi sadar, bentuk itu penting juga. (167)

Ada di antara hamba – hamba-Nya yang jika melihat seorang perempuan bercadar, memerintahkan kepadanya, “Angkat cadarmu hingga kami dapat melihat wajahmu! Siapakah engkau? Jika kau memakai cadar itu, kami tak dapat melihatmu, dan bingung sehingga berkata pada diri sendiri, ‘Siapakah itu? Siapakah dia?’”
Aku bukanlah orang yang akan terpesona dan tertarik kepadamu, hanya dengan melihat wajahmu. Setelah sekian waktu, kini Tuhan menjadikan suci dan aku terbebas dari godaan seperti kalian semua. Aku aman dari bahaya melihatmu sehingga tidak akan terpana. Justru dengan tidak melihatmu pikiranku jadi kacau, ‘Siapakah itu?’”
Mereka itulah golongan yang bertolak belakang dengan golongan lain, yaitu orang – orang yang dikendalikan oleh nafsunya. Sebab mereka yang dikendalikan nafsunya, jika melihat wajah – wajah kesaksian akan terpana dan kacau karenanya. Lebih baik saksi – saksi itu tetap terhijab dari mereka, agar mereka tidak menjadi bingung. Namun bagi orang – orang yang memiliki kedalaman hati, lebih baik bagi mereka saksi tak terselubungi sehingga mereka tidak menjadi kacau. (171)

Celakalah orang – orang yang shalat, namun lalai dengan shalatnya. Merekalah orang – orang munafik, yang menolak untuk menolong orang yang membutuhkan. Ayat itu merangkum semuanya.
Engkau memiliki cahaya, tetapi engkau melalaikan kemanusiaan. Kejarlah kemanusiaan, karena itulah tujuannya. Selebihnya hanyalah gerutuan yang tak kunjung habis. Sebab ketika kata – kata sudah terlampau jauh, tujuan yang hendak dicapai mudah untuk dilupakan.
Seorang tukang sayur pernah mencintai seorang perempuan dan mengirim pesan kepada pelayan perempuan itu. Ia berkata, “Aku begitu, aku begini. Aku sedang jatuh cinta dan aku menjadi terbakar. Aku selalu risau dan tersiksa. Termasuk kemarin, semalaman aku sangat gelisah.” Kemudian dia pergi dengan penuh rasa bangga.
Ketika pelayan datang pada majikannya dia berkata, “Tukang sayur mengirimkan salam dan berkata bahwa dia ingin melakukan sesuatu denganmu.”
“Begitu terus terang?” Tanya perempuan itu.
“Sebenarnya,” jawab pelayan, “dia bercerita panjang lebar, tetapi itulah inti ceritanya.”
Itulah pokok yang terpenting. Selebihnya, sekadar membuat kalian sakit kepala. (175)

Musa telah dipaksa untuk melibatkan dirinya dengan manusia meskipun dia bersungguh – sungguh dengan perintah Tuhan dan asyik dengan-Nya. Memang, satu sisi dari tubuhnya dibuat untuk memperhatikan kesejahteraan manusia. (180)


Sementara itu, alam akhirat melampu pembelahan iman dan kafir, persahabatan dan permusuhan. Sebab persahabatan adalah penyebab dualitas, dan tak ada tempat untuk sifat itu di akhirat. Yang ada di sana hanyalah penyatuan murni.
Maka ketika seseorang telah mencapai alam itu, dia akan melepaskan kategorisasi persahabatan atau permusuhan, dua hal itu tak ada lagi di sana. Dan ketika seseorang telah mencapai alam itu, dia terpisahkan dari dualitas. Maka, jika dibandingkan dengan lam tersebut, dunia fana yang dia alami sebelumnya –yang besifat mendua, penuh cinta dan persahabatan- adalah lebih rendah dan rusak. (148)

Bagaimanakah sesungguhnya Sang Kekasih? Selama masih ada cinta untuk dirimu sendiri, meskipun hanya sehelai rambut, Dia tak akan menunjukkan wajah-Nya. Maka dia tidak akan apa – apa. Kau harus benar – benar melepaskan diri dari dirimu sendiri dan dunia. Jadilah musuh bagi dirimu sendiri atau Sang Kekasih tidak akan menunjukkan wajah-Nya. Sehingga, kalau agama telah merasuk dalam hati seseorang maka ia akan tetap bersemayam hingga ia mengambil hatinya untuk Tuhan dan menjauhkan diri dari segala yang tak berguna. (149)

Ketika persahabatan Mansur degan Tuhan telah melampaui logika, dia menjadi musuh bagi dirinya dan menghancurkan dirinya. Dia berkata, “Aku adalah Yang Nyata, aku telah meninggal; hanya Tuhan yang tersisa.”
Kata – kata hanya Tuhan yang ada ini adalah benar – benar kerendahhatian dan pembudakan. Adalah congkak untuk mengatakan, “Engkau Tuhan, aku pelayan,” karena dengan ini engkau menunjukkan keberadaan dirimu, dan dualitas segera mengikutimu.
Ketika engkau berkata, “Dia Tuhan,” dalam ungkapan itu ada pula sifat mendua, karena pemakaian kata “dia” tidak mungkin, kecuali bila ada orang pertama “aku”. Karena tidak ada sesuatu pun selain Tuhan, maka hanya Dia saja yang dapat berkata, “Aku adalah Tuhan.” (150)

Segala sesuatu berada dalam genggaman kekuasaan-Nya, segalanya adalah manifestasi-Nya dan obyek yang Dia kendalikan. Maka, Dia tidak berada di luar langit dan alam semesta, dan tidak pula sepenuhnya berada di dalam keduanya. Sesungguhnya langit dan alam semesta tidak meliputi Dia, melainkan Dia-lah yang meliputi mereka sepenuhnya. (153)

Ungkapan “Aku adalah Tuhan” bukan timbul dari sifat meninggikan diri. Melainkan suatu kerendahan hati yang total. Seseorang yang berkata “Aku adalah hamba Tuhan” menyebutkan dua keberadaan, dirinya dan Tuhan. Sedangkan ungkapan “Aku adalah Tuhan” berarti peniadaan diri, yakni, dia menyerahkan keberadaan dirinya pada kekosongan.
Dikatakan “Aku adalah Tuhan” bermakna : “Aku tidak ada, segala sesuatu adalah Dia. Keberadaan adalah Tuhan sendiri, aku bukan keberadaan sama sekali, bukan apa – apa.” Pernyataan ini demikian luar biasa, lebih dari pengakuan segala kemuliaan. Sayangnya, banyak yang tidak memahami. (154)

Apabila manusia ingin menemukan jalannya hanya pada makna hakiki, dia dapat memperoleh kelebihan dari bakatnya. Tanpa mengambil kelebihan dari bakatnya, dia justru akan terhalangi. Seluruh seni dan kesempurnaan itu seperti permata yang di tempatkan di belakang cermin. Sehingga wajah cermin menutupi itu semua. Siapa pun yang memiliki wajah buruk akan menghasratkan punggung cermin itu karena orang itu dapat berlindung pada kecantikan sang cermin. (157)

Penghuni neraka lebih berbahagia di neraka daripada ketika mereka di dunia ini, karena justru di dalam neraka itulah mereka memiliki kesadaran akan Tuhan. Sedngkan di dunia ini mereka tidak memilikinya. Padahal tidak ada yang lebih manis daripada kesadaran pada Tuhan. Dan kalau pikiran jernih mereka merindukan dunia, itu tidak karena dunia ini lebih menyenangkan daripada neraka. Kesadaran pada Tuhan itulah yang membuat mereka memandang dirinya mampu melakukan sesuatu yang dilandasi manifestasi rahmat-Nya. (158)


Bahkan seekor anjing yang penuh dengan kehinaan, melupaka ayahnya ketika dia belajar berburu untuk sultan. Ia tidak lagi menganut cara hidup dalam tumpukan sampah dan tempat terpencil, serta menginginkan daging bangkai. Ketika bersama sultan, dia mengikuti kuda raja dalam perburuan dan permainan. (124)

Aku menasihati murid – muridku, apabila pemahaman maknawiah telah menampakkan wajah mereka di dalam dirimu, dan jika misteri – misteri telah tesingkap olehmu, maka berhati – hatilah! Awas, jangan engkau bicara tentang yang lain! Jangan pula menggambarkan mereka! Dan jangan kau beri tahukan pada siapapun tentang apa yang kukatakan padamu.
Sebagaimana Nabi telah bersabda, “Jangan kau sampaikan suatu kebijaksanaan kepada orang – orang yang bukan ahlinya, atau kau akan tergolong orang yang dzalim. Dan jangan kau cabut apapun dari orang yang memang ahlinya, sebab dengan itu engkau akan mendzalimi mereka.” (126)

Tidakkah engkau menyadari, jika engkau lapar dan tidak dapat menemukan makanan, mustahil engkau memakan uang seratus ribu dirham yang engkau miliki? (131)

Cepatlah menuju hakekat, yang bagaimanapu juga di dalamnya segala kebahagiaan ditemukan. (136)

Seorang raja mempercayakan putranya kepada sekelompok manusia terlatih. Si anak tetap bertahan hingga mereka mengajarinya seluruh ilmu astronomi, geometri, dan seluruh ilmu pengetahuan lain, meskipun si anak sungguh – sungguh bodoh dan bebal. Suatu hari raja mengambil dan menggenggam cincin dalam kepalan tangan untuk menguji anaknya. Raja berkata, “Ayo, katakana kepadakubenda apa yang aku genggam dalam kepalan tanganku!”
“Yang engkau genggam,” anak itu menjawab, “adalah benda bulat, kuning, dan memiliki lubang di tengahnya.”
“karena engkau mampu menjelaskannya dengan benar,” kata raja, “katakan padaku benda apa ini sebenarnya!”
“Itu tentu sebuah batu gerinda,” jawab sang anak.
“Kau telah memberikan cirri – cirinya demikian tepat dengan pikiran yang amat mengejutkan! Dengan seluruh pendidikan dan pengetahuan yang telah engkau peroleh, bagaimana mungkin keluar dari pikiranmu batu gerinda yang tidak dapat digenggam oleh sebelah tangan?”
Maka seperti itulah sekarang orang terpelajar pada zaman kita dengan ajaib memahami ilmu pengetahuan. Mereka telah sempurna belajar memahami seluruh ha lasing yang bukan merupakan perhatian mereka. Yang benar – benar penting dan terdekat dari semua hal tersebut adalah dirinya sendiri. Tetapi betapa orang terpelajar tidak mengetahuinya. Mereka melulu menghabiskan waktunya pada penilaian kehalalan dan keharaman segala sesuatu dan berkata, “Ini dihalalkan dan ini tidak,” atau “Ini disahkan hukum dan ini tidak.”
Meski demikian, kebundaran, kekuningan, rancangan dan kebulatan dari cincin raja adalah kebetulan, karena apabila engkau melemparkannya ke dalam api tak satu pun hal itu tersisa. Dia menjadi inti sarinya, terbebas dari semua ciri – ciri itu. Seluruh ilmu pengetahuan, amal dan perkataan yang mereka letakkan di depan, semuanya tidak memiliki hubungan dengan intisari bendanya, yang akan tetap ada ketika seluruh sifat fisiknya sirna.
Seperti halnya seluruh sifat dari yang mereka katakan dan mereka uraikan. Pada akhirnya mereka akan membuat penilaian bahwa sang raja memegang batu gerinda pada kepalannya, karena mereka tidak mengetahui inti yang utama dari suatu benda. (139)

Akal senantiasa gelisah. Ia tak pernah lelah dari meditasi, berjuang terus – menerus untuk memahami Penciptanya meski Dia tak dapat dilihat dan dipahami. Bila akal ibarat seekor ngengat, maka Sang Kekasih adalah lilin. Jika ngengat melemparkan diri pada api lilin, ia akan terbakar dan sirna. Namun, walaupun senantiasa menderita, terbakar dan sakit berada di sekitar lilin, ngengat tidak dapat berbuat apa pun tanpa lilin. (142)

Ikan tidak ditarik oleh pemancing sekaligus. Ketika kail ditangkap oleh mulut ikan, pemancing menariknya perlahan – lahan hingga berdarah dan kehilangan kekuatan. Lantas keadaan tetap dibiarkan demikian sampai kekuatan ikan benar – benar lenyap.
Ketika kail cinta tertangkap manusia, Tuhan menariknya secara bertahap hingga seluruh kekuatan dan kelebihan energi yang ada dalam dirinya hilang sedikit demi sedikit. Tuhan menarik dan menaikkannya. (143)

Tuhan melampaui kategori persamaan dan antar-hubungan. Dia tidak memperanakkan, tidak pula diperanakkan. Tidak seorang pun akan diizinkan menemui-Nya, selain mereka yang menghambakan diri.
Tuhan tidak menginginkan apa pun, namun engkaulah yang membutuhkan-Nya. Memang tidak benar pendapat, seseorang yang telah mendapat jaminan menuju Tuhan, lebih dekat hubungannya dengan Tuhan. Juga tidak benar bila mereka bias berkenalan lebih baik dibanding dirimu karena jaminan itu. Mereka mendapat jalan masuh lebih mudah hanya karena penghambaan yang mereka lakukan. (144)


Cerahnya hari muncul dari matahari. Namun apabila ada seseorang yang menghabiskan waktunya hanya untuk melihat bola matahari, dia tidak akan mendapat manfaat. Bahkan jika dia melakukan itu, matanya akan merasa silau. (96)

Manusia menganggap bahwa dirinya dapat bertumpu pada pengetahuan dan daya kemampuannya sendiri untuk berjihad. Namun setelah berjuang sekuat tenaga dan mengerahkan segala usaha serta menggunakan segala perangkat, dia hanya akan terjatuh ke dalam jurang keputusasaan. Lalu Tuhan berfirman kepadanya, “Kau anggap dirimu mampu melakukan amanah ini hanya bermodal kekuatanmu dan dengan amal dan usahamu sendiri. Sesungguhnya inilah takdir yang telah Aku tetapkan. Berusahalah dengan segala kemampuan untuk menempuh jalan Kami. Lalu karunia-Ku akan menghampirimu.” (100)

Beberapa orang mengejek Nabi Muhammad saw, seraya berkata, “Kenapa Al-Qur’an diwahyukan kepadamu kata demi kata, dan tidak bab per bab?”
Nabi menjawab, “Alangkah bodohnya pertanyaanmu itu. Andaikata Al-Qur’an diwahyukan semuanya kepadaku secara serentak, tentu aku segera meleleh hancur binasa.”
Orang yang mengabarkan sesuatu, memahami lebih banyak dari sesuatu yang hanya sedikit. Dari satu hal ia mampu memahami banyak hal. Dari satu baris, ia mampu memahami seluruh buku.
Persis seperti sekumpulan orang yang tengah duduk menyimak sebuah pementsan. Satu dari mereka telah mengetahui seluruh cerita, ketika ceritanya dimulai. Dari satu kiasan dia bisa memahami sebanyak yang orang lain telah dengar. Hal itu terjadi karena orang lain tidak menyadari seluruh situasi yang terjadi. Orang yang mengetahui semuanya, memahami lebih banyak dari sedikit saja yang diceritakan. (106)

Suatu saat gandum harganya senilai dengan emas, dan pada saat yang lain harganya senilai dengan kotoran. Meskipun nilainya berbeda, sesungguhnya bentuk gandum itu tetap sama.
Nilai dan harga bentuk gandum disebabkan adanya rasa cinta terhadapnya. Demikian juga, keahlian yang engkau cari berangkat dan dihargai karena cinta. Boleh jadi ia sekarang mempunyai nilai besar bagimu. Namun pada suatu masa ketika tidak ada tuntutan kebutuhan atas hal itu, tak seorang pun akan mempelajari atau melatihnya. (111)

Seseorang berkata, “Kita tidak sempurna.” Sering seseorang memikirkan dan mencela dirinya sambil berkata, “Sial, apa sebenarnya aku ini? Mengapa aku berlaku seperti ini?” Itu merupakan bukti cinta dan kebaikan Tuhan.
“Cinta ada selama celaan masih ada.” Karena seseorang akan memarahi yang dicintainya, bukan orang yang asing dengan dirinya. Ada berbagai jenis celaan. Menerita dalam kesakitan merupakan bukti cinta dan kebaikan Tuhan. (112)

Shalat, puasa dan bersedekah akan dibawa pada hari kebangkitan dan ditempatkan pada timbangan. Tetapi ketika cinta dibawa, ia tidak bisa ditimbang, dan timbangan takkan muat. Maka hal yang paling utama adalah cinta. Sekarang, ketika melihat cinta di dalam dirimu sendiri, buatlah ia meningkat dan tumbuh besar. (116)

Ketika Tuhan ingin menyempurnakan manusia dan mengubahnya menjadi manusia yang sempurna, Dia akan membuatnya mampu memasuki keadaan penyatuan dalam keesaan yang sempurna. Suatu wilayah di mana tidak ada dualitas maupun pemisahan. Segala penderitaan muncul karena menginginkan sesuatu yang tidak dapat diperoleh. Ketika engkau berhenti menginginkan sesuatu, maka tidak aka nada lagi penderitaan. (119)

Aku bagaikan taman kebahagiaan yang dikelilingi dinding terselimuti najis dan duri. Orang lewat yang hanya bisa melihat dinding dan najisnya mengapresiasikan buruk tentang taman. Kenapa mesti menyalahkan taman? Pendapat buruk tentang taman itu hanya akan merugikan orang lewat itu sendiri. Sebab ia takkan bisa masuk ke dalam taman kebahagiaan. Orang mesti menerima dinding untuk bisa masuk ke taman itu. Dan ketika orang mengkritik dinding, ia akan tetap berada di luar taman. (122)


Tanpa pikiran, bentuk – bentuk tak dapat bergerak dan mati. Sehingga, barangsiapa yang hanya melihat pada bentuk, berarti dia juga mati; dia tak mampu menangkap makna. Dia adalah seorang anak kecil dan tidak matang, meski dalam bentuk dia adalah seorang syekh yang berumur seratus tahun. (69)

Keagungan orang suci tidak terletak pada bentuk luarnya. Ketinggian dan keagungan mereka miliki tidak memiliki sifat. Betapapun, satu dirham tetap saja di atas satu pul, tetapi apa artinya berada di atas satu pul? Ketinggian tidak berada pada bentuk luar, karena apabila engkau meletakkan satu dirham pada langit – langit dan selempeng emas di bawah tangga, lempeng emas pasti tetap berada “di atas” satu dirham.
Seperti halnya batu rubi dan permata itu berada di atas emas nilainya, tidak peduli meskipun mereka secara wadag berada di atas atau di bawah. Sama halnya dengan, sekam berada di atas gabah yang akan digiling, sementara tepung jatuh ke bawah. Apabila tepung tetap berada di atas, bagaimana mungkin akan menjadi tepung?
Keunggulan tepung bukan pada wadagnya. Di dalam dunia makna sejati, mereka yang memiliki hakikat akan selalu di atas dalam keadaan apapun. (71)

Tidak ada perjuangan yang lebih besar daripada duduk dengan sahabat saleh, yang pandangannya bisa melelehkan jiwa materialisme. (74)

Dengan kiasan Tuhan menyerupakan cahaya-Nya dengan lampu, dan dengan kiasan juga Dia menyerupakan keberadaan orang suci dengan cermin. (75)

Kiasan itu tidak sama dengan persamaan. Seorang gnostis menyebut kesenangan, kesenangan dan perluasan sebagai musim semi, dan penyempitan sebagai musim gugur. Benarkah kesenangan adalah musim semi dan kesusahan adalah musim gugur? Ini hanyalah sebuah kiasan, akal tak perlu mempermasalahkan jalan keterwakilan maknanya. (76)

Ketika Sayyid Burhanuddin sedang mengajar, ada seorang bodoh berkata, “Kita tidak memerlukan kata – kata dan kiasan – kiasan.” Kemudian dia menjawab “ Cobalah kemari tanpa kiasan – kiasan! Lalu kau akan mendengarkan kata – kata tanpa kiasan.” Tidakkah engkau tahu, dirimu sendiri sebenarnya adalah sebuah kiasan. Engkau bukanlah yang kelihatan ini. Jasadmu sekedar bayang – bayang. Ketika ada orang mati, maka orang berkata, “Si fulan telah pergi.” Jika dia sekedar jasad, ke manakah perginya? Karena itulah, sesungguhnya jasadmu ini adalah kiasan bagi batinmu, sehingga seseorang dapat menghakimi batinmu melalui jasadmu. (77)

Isa bersabda, “Aku sangat takjub, betapa satu makhluk hidup dapat memakan yang lainnya.”
Para fuqaha mengartikan ucapan ini, bahwa umat manusia pada masa Isa dilarang memakan daging binatang yang keduanya adalah makhluk hidup. Pemaknaan seperti itu jelas salah. Sebab daging yang dimakan manusia tentu buka daging yang hidup. Daging itu jelas sudah tidak bernyawa. Karena ketika binatang terbunuh dan diambil dagingnya, ruh kehidupannya telah terpisah.
Barangkali yang dia maksudkan adalah bagaimana seorang guru dapat membinasakan hidup para pengikutnya. Membinasakan di sini diujudkan dengan menyesatkan ajaran tanpa suatu sebab. Dan Isa terpesona oleh hal istimewa seperti ini. (78)

Seseorang berkata, “Setiap orang suci dan sufi besar mengatakan tidak ada orang lain yang menikmati kedekatan dan kebaikan yang dinikmatinya dengan Tuhan.”
Siapa yang mengatakan perkara ini? Apakah orang suci yang mengatakannya, atau orang lain selain orang suci? Apabila seorang suci yang mengatakannya, maka menjadi aneh, karena dia mengetahui setiap orang suci memiliki iman yang sama dengan dirinya sendiri, dia tidak sendirian menikmati kebaikan serupa itu.
Apabila orang lain selai orang suci yang mengatakan itu, maka orang itu benar - benar telah menganggap dirinya sebagai teman dan orang pilihan Tuhan, sebab hal itu telah menjadi misteri Tuhan. Rahasia seluruh orang suci telah dijaga oleh Tuhan, kenapa orang itu tahu? (84)

Berbicara tentang karomah orang suci, tidak ada yang aneh sesungguhnya. Mereka dapat pergi dari sini Ka’bah dalam satu hari atau dalam sekejab, itu tidak aneh. Angin padang pasir mampu pergi ke manapun yang ia inginkan.
Karomah adalah yang membawamu dari keadaan rendah pada yang terpuji. Ini yang memindahkan engkau dari sana ke sini, dari kebodohan ke kecerdasan, dari kematian ke kehidupan. (88)

“Orang beriman melihat dengan pengetahuan dari cahaya Tuhan.”
Ketika seseorang melihat dengan cahaya Tuhan, orang mampu melihat segalanya, permulaan dan akhir, yang lahir dan yang batin. Bagaimana mungkin ada sesuatu yang mampu menutup cahaya Tuhan. Maka sesungguhnya pewahyuan tetap ada, meskipun tidak disebut wahyu. (89)

Seorang pencuri ulung yang telah tobat kemudian menjadi polisi. Maka seluruh trik pencurian yang telah dipraktekkannya sekarang menjadi kekuatan atas nama kebaikan dan keadilan.
Tentulah dia lebih unggul daripada polisi yang pada awalnya bukan pencuri. Sebab polisi seperti dia mengetahui cara bagaimana mencuri. Semua kebiasaan mencuri tidak asing lagi baginya. Orang seperti itu, bila menjadi syekh, dia akan menjadi syekh yang sempurna, pembimbing dunia dan menjadi orang yang terbimbing dengan benar pada zamannya. (91)


Iman lebih baik daripada shalat. Karena shalat harus dikerjakan lima waktu dalam sehari, sementara iman tak mengenal waktu, terus berkelanjutan.  Shalat boleh jadi tidak dijalankan karena udzur, juga bisa ditunda pelaksanaannya. Namun keutamaan iman ialah ia tidak dapat ditiadakan meski karena udzur, dan tidak bisa ditunda. Iman tanpa shalat, tetap bermanfaat, tetapi tiada manfaat bagi shalat yang tanpa iman. Contohnya, pada masalah infaq. Lebih dari itu, setiap ajaran Nabi dalam melaksanakan ritual shalat mempunyai beberapa perbedaan, tetapi dalam iman yang diajarkan tidak ada perubahan. Makna shalat, dan tujuannya sama. (45)

Suatu ketika kau memainkan rebana dank au tahu bahwa aku berada di balik dinding. Karena kau yakin aku terus mendengarkannya maka kau tidak akan berhenti, sebab kau ingin menunjukkan kemampuanmu bermain rebana. Maka, tujuan dari shalat bukanlah berdiri dan menunduk lalu bersujud sepanjang hari. Tujuannya adalah, agar engkau memiliki kelanggengan situasi batin yang senantiasa muncul dalam shalat. Baik waktu tidur maupun terjaga, di kala menulis maupun membaca, dan dalam setiap keadaan hendaknya kau tidak pernah lepas dari berdzikir pada Tuhan; hendaknya engkau menjadi salah satu dari yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya. (46)

Apabila kalajengking muncul dengan peyengatnya bertengger pada tubuhmudan berkata, “Aku pernah mendengar bahwa engkau orang yang humoris. Meluculah agar aku mampu melihat bagaimana engkau melucu!”
Maka engkau akan menjawab, “Disebabkan kedatanganmu, aku tidak lagi memiliki canda dan keriangan. Apa yang telah engkau katakana menjadi tidak benar. Seluruh energi yang biasa kugunakan untuk melucu sekarang tengah berkonsentrasi dengan harapan engkau pergi.” (48)

Setiap orang menentukan jalannya sendiri dalam menjalankan suatu hal. Al-Qur’an adalah kain brokat yang memiliki dua sisi. Meskipun sejumlah orang memperoleh manfaat dari satu sisi dan sejumlah lain mengambil manfaat dari sisi yang lain, tetap saja keduanya benar. Sebab Tuhan menginginkan keduanya memperoleh manfaat. Keadaan itu bagaikan perempuan yang memiliki suami dan juga merawat anak kecil. Anak kecil bergembira mendapat susu dari payudaranya, dan demikian pula suaminya memperoleh kenikmatan karena menjadi pasangannya. (49)

Apabila engkau memiliki minyak wangi dalam kotak dengan leher pendek, engkau letakkan jemarimu ke dalamnya. Engkau tidak dapat mengeluarkan minyak wangi itu. Tetapi dengan demikian setidaknya jemarimu menjadi wangi dan karenanya indera penciumanmu terpuaskan. Mengingat Tuhan adalah seperti hal itu. Meskipun engkau tidak mampu mencapai hakikat-Nya, mengingat Dia akan berdampak banyak, dan kemanfaatannya yang agung akan berlipat ganda. (57)

Sekarang orang lebih memilih buah – buahan lain dibanding gula sambil menyatakan, “Kami telah berpengalaman dengan rasa pahit yang amat banyak agar bisa mencapai derajat kemanisan.”
Apa yang engkau ketahui tentang nikmatnya rasa manis ketika engkau belum pernah mengalami kerasnya rasa pahit? (59)

Engkau tidak mau memohon, sedangkan seekor anjing, yang tidak memiliki kecerdasan akal ataupun pemahaman manusia, akan dating kepadamu ketika lapar dan mengibaskan ekornya seolah berkata, “Beri aku sesuatu untuk dimakan. Aku tidak memiliki sesuatupun untuk dimakan tetapi engkau memilikinya.” Kearifan seperti itulah yang dimilikinya. (63)

“Apakah engkau memiliki orang yang engkau percaya atau tidak?”
“Ya, demi Tuhan. Aku memiliki orang yang kupercayai dan ia aku cintai.”
“Apakah kepercayaanmu itu berdasarkan pada nalar yang benar, atau engkau sekadar menutup matamu dan mempercayainya?”
“Kepercayaan yang aku miliki tentu dengan nalar!”
“Lantas kenapa engkau mengatakan bahwa menjadi beriman itu harus meninggalkan nalar? Itu berarti engkau mengatakan sesuatu yang bertentangan.” (64)

Seorang yang mencuri digantung karena kejahatannya. Dia sesungguhnya adalah penyuluh bagi orang – orang muslim. Seolah dia berkata, “Siapapun yang mencuri akan dihukum seperti ini.” Demikian juga  dengan orang lain yang dihadiahi oleh raja karena keadilan dan keberhasilannya dalam menjalankan tugas. Dia juga merupakan penyuluh bagi kaum muslim. Namun begitu, meskipun sama – sama penyuluh keduanya menggunakan bahasa yang berbeda. Lihatlah, betapa beda keduanya! (65)

Dunia ini ibarat busa di lautan. Tuhan Yang Maha Kuasa telah menciptakan busa pada keadaan yang sebaik – baiknya, sehingga Dia menjadikan orng – orang tertentu kembali ke lautan agar mempertahankan busa. (67)

Seorang Nabi bukan dilihat dari bentuknya. Sebab bentuk hanyalah tunggangan. Nabi adalah cinta dan kasih sayang, dan itulah yang tetap bertahan selamanya. (68)


Tuhan mengelilingimu dengan tentara kata – kata. Dengan itu, engkau bisa menolak atau menyergap kekuatan musuh. Namun, musuh dari dalam adalah musuh sejati. Jika engkau bisa menundukkan musuh yang ada di dalam, musuh di luar bukan apa – apa. Apa yang bisa mereka lakukan? (26)

Seribu perampok yang berada di luar tidak akan berbahaya, sampai pencuri lain membantu mereka membukakan pintu dari dalam. Engkau dapat berkata seribu kata dari luar, tetapi sejauh tidak ada seorang pun dari dalam mengatakan bahwa kata – katamu benar, itu tidak akan bermanfaat.
Seperti pohon. Jika tidak ada kesegaran pada akar, takkan ada gunanya engkau mengairinya. Maka, pertama – tama mesti ada kesegaran pada akar agar air bermanfaat. “Meski orang melihat ratusan ribu cahaya, sesungguhnya cahaya hanya berada pada sumbernya.” Dan sebaliknya, meskipun seluruh dunia dibangun dalam cahaya, tidak seorang pun akan mampu melihatnya. Hanya orang bemata cerah lah yang mampu melihatnya. (27)

Kata – kata merangsangmu untuk senatiasa mencari, tetapi sasaran atas pencarianmu tidak akan tercapai melalui kata – kata. Sebab apabila sasaran itu dapat diapai dengan kata – kata, tidak ada artinya usaha keras dan pemusnahan diri dalam Tuhan.
Kata – kata ibarat gerakan benda di kejauhan. Karena melihat gerakan itu, engkau ingin melihat benda apa yang seungguhnya. Gerakan benda itulah yang merangsang engkau menyaksikan benda itu. (29)

Dunia dibangun melalui imajinasi. Engkau menyebut dunia ini kenyataan hanya karena dunia ini dapat dilihat dan nyata. Sedangkan gagasan hakiki yang merupakan cabang dunia, justru engkau namakan imajinasi. Padahal kenyatanyya sebaliknya, imajinasi adalah dunia itu sendiri. (30)

Bayi hanya mengetahui susu dan ibunya. Tuhan tidak meninggalkan bayi dalam keadaan seperti itu, tetapi akan membuatnya semakin maju ke tahap makan roti dan bermain. Dari sana Dia melanjutkan ke tahap nalar. Di dalam hubungannya dengan dunia lain kita berada di tahap bayi. Dunia ini sekedar buah dada ibu yang lain. Dia tidak akan meninggalkanmu sampai  membawamu pada tahap engkau sadar bahwa ini adalah keadaan bayi dan tak lebih. (31)

Siang dan malam di dunia ini engkau mencari ketentraman dan kedamaian, walaupun sesungguhnya tidak mungkin engkau mencapai mereka di dunia. Namun demikian, pencarianmu tentu tidak sia – sia. Ketentraman dan kedamaian tentu bisa hadir, meski hanya sekejap. Kedamaian apapun yang engkau temukan di dunia ini, tidaklah abadi. Kehadirannya bagai kilat yang menyambar. Ia hadir disertai situasi penuh guntur, hujan, salju dan godaan. (32)

Pengetahuan apapun yang didapat dari ketekunan belajar di dunia ini adalah pengetahuan badaniah. Sedangkan pengetahuan yang bangkit dari pandangan setelah kematian adalah pengetahuan relijius.
Mengetahui apakah “Aku adalah Tuhan” adalah pengetahuan badaniah, sebagaimana orang yang sekedar melihat kobaran dan cahaya lampu. Pengetahuan relijius berarti membakar diri dalam kobaran atau cahaya lampu. Meleburkan diri pada makna “Aku adalah Tuhan” adalah pengetahuan relijius. Maka segala kesaksian adalah pengetahuan relijius. Sedang segala sesuatu yang bermakna “mengetahui” adalah pengeyahuan badaniah. (33)

Kata – kata tak lain hanyalah bayang – bayang dari kenyataan. Kata – kata merupakan bagian dari kenyataan. Apabila bayang – bayang saja dapat menawan hati, betapa mempesona kekuatan kenyataan yang ada di balik bayangan itu. (35)

Sungguh sangat kasihan seseorang yang mencapai laut dan terpuaskan hanya dengan segelas air. Tatkala mutiara dan ratusan ribu barang berharga bisa diambil dari laut, apa artinya segelas air? Dunia ini sekedar buih. Sedang, seluruh air lautan merupakan pengetahuan orang – orang suci. Maka, di manakah mutiara terletak? (36)

Ada sesuatu yang lebih dari sekedar ucapan iman yang diucapkan lidah. Sebab ucapan itu memiliki awal dan akhir. Apa pun yang dapat diucapkan, memiliki wal dan akhir adalah “bentuk,” “bungkus” ; sedangkan jiwanya tidak dibatasi oleh isyarat – isyarat fisikal dan tidak terbatas, tanpa awal dan akhir. (38)

Setiap sekte menolak sekte yang lain dengan mengatakan “Kami benar. Kebenaran hanyalah milik kami. Yang lain salah.” Dan yang lain mengatakan sama persis dengan mereka. Ini menjadikan “tujuh puluh dua iman” yang menolak satu sama lain. Pada satu sisi, mereka sepakat mengatakan tidak ada pihak lain yang memiliki kebenaran, hanya satu yang memilikinya. Sekarang orang beriman mesti cerdas dan bijak mengetahui manakah yang satu itu. Orang beriman ialah yang bijaksana, memahami, dan cerdas. Iman adalah kekuatan pembedaan dan pemahaman yang nyata. (41)

Bila kita ibaratkan seluruh dunia ini satu rumah, maka imajinasi, piiran dan gagasan adalah jalan masuk menuju rumah itu. Engkau bisa melihat sesuatu yang mengisi rumah bila engkau mengamati semua yang lewat di jalan masuk itu. Karena segala sesuatunya, baik atau buruk yang ada di dunia muncul pertama – tama dari jalan masuk. Baru kemudian ada di dalam rumah. (42)


A4NPQ6ZP4UCW


Dalam suatu kesempatan aku mencoba berbicara dengan seorang pengkaji Al-Qur’an, “Tuhan telah berfirman dalam Al-Qur’an, katakanlah, apabila lautan adalah tinta untuk menulis ayat – ayat Allah, sesungguhnya laut takkan cukup menuliskan ayat – ayat Allah.” Namun dengan lima puluh dram tinta, orang sekarang mungkin bisa menulis seluruh isi Al-Qur’an. Itu karena sesungguhnya Al-Qur’an hanyalah sekedar perlambang dari pengetahuan Tuhan, bukan keseluruhan dari pengetahuan-Nya. Apabila tukang obat meletakkan sejumput obat pada selembar kertas, akankah engkau sedemikian bodoh mengatakan seluruh toko obat itu berada dalam kertas itu? (3)

Semua hal menyiratkan makna hakekat. Orang dapat mengungkapkan suatu makna hakekat yang sama dengan bentuk atau cara lain. Tetapi bagi mereka yang ketat pada aturan ‘hanya dapat dicapai melaui caranya sendiri,’ sangat sukar untuk bebicara kepada mereka. Apabila engkau menyampaikan hal sama dengan cara yang berbeda, mereka tidak akan mampu mendengarnya. (4)

Ada tiga jenis makhluk, yang pertama adalah malaikat, yang merupakan akal fitri. Sifat dan kebiasaan mereka adalah taat, menghamba dan takkan pernah berhenti berdzikir kepada Tuhan. Ketaatannya adalah hidangan sehari – hari yang membuatnya terus hidup. Dzikir baginya, seperti air bagi ikan. Bagi ikan, air membuatnya hidup. Ia menjadi ranjang dan bantalnya. Apa yang mereka lakukan tidak berdasarkan nafsu. Mereka bersih dan terbebas dari nafs. Maka bagaimana dikatakan kebaikan bila segala yang mereka dapat didukung keadaan tanpa nafsu atau hasrat badaniah? Dengan sifatnya yang bersih mereka tidak perlu berjuang melawan godaan. Ketaatan yang dilakukan malaikat tidak berarti apa – apa sebab hal itu sudah menjadi sifatnya. Karena telah menjadi sifat mereka yang tidak mampu untuk melakukan hal sebaliknya.
Yang kedua adalah jenis binatang. Jenis ini hanya memiliki nafs dan tidak memiliki akal sama sekali. Mereka tidak memiliki kecenderungan religius.
Dan yang ketiga manusia, yang merupakan gabungan antara akal dan nafsu. Dia setengah malaikat dan setengah binatang. Bagaikan keadaan makhluk yang merupakan gabungan sifat naga dan ikan. Sebagian dirinya berupa naga dan sebagian lain berupa ikan. Sifat ikannya menariknya ke air sedangkan sifat naganya menarikna ke daratan.
Keadaan tarik menarik itu berlangsung terus – menerus. “Orang yang akalnya melampaui nafsu, dia menempati derajat yang lebih tinggi dari malaikat. Sedang orang yang nafsunya mengalahkan akalnya, dia akan terjatuh pada derajat yang lebih rendah daripada binatang.” (5)

Demikianlah, meskipun balasan untuk kebaikan dan kejahatan dijanjikan Tuhan baru tiba di Hari kebangkitan, tetap saja muncul suatu keadaan yang mewakili balasan itu. Apabila manusia bergembira di dalam hatinya, itu adalah balasan karena dia telah membuat orang lain bahagia. Apabila sedih, itu adalah balasan karena telah membuat orang lain sedih. Terdapat suatu bentuk balasan sebagai pemisalan Hari Kebangkitan. Yang demikian agar orang dapat memahami yang banyak dari yang sedikit. (9)

“Dunia ini seperti mimpi.” Kenikmatan di dunia ini bagaikan kenikmatan orang yang meminum sesuatu dalam mimpi. Sama halnya dengan menghasratkan suatu hal duniawi, itu bagaikan meminta atau diberi sesuatu dalam mimpi. Ketika seseorang bangun dari tidurnya, dia tidak akan mendapatkan manfaat apapun dari yang telah dimakan atau diminumnya dalam mimpi itu. (15)

Tuhan membawa janin keluar dari timur, yaitu rahim dan mengirimnya tenggelam ke barat, yakni kuburan. Ini sama saja dengan pernyataan Ibrahim yang dikemukakan pada Namrudz. Tuhan menciptakan kembali manusia baru setiap saat. Dan bersamaan dengan itu, Ia mengirim hal baru ke dalam pikiran para manusia. Bentuk manusia dan yang dikirimkan padanya tidak sama satu dengan yang lainnya. Yang pertama tidak sama dengan yang kedua, tidak pula yang kedua dengan yang ketiga. Saying manusia tidak menyadari hal ini dan tidak mengetahui dirinya. (17)

Ketika kebencianmu terhadap seorang musuh sudah berlebihan, engkau mengharapkan agar musuhmu selamanya mengalami nasib sial dan buruk. Padahal roda kehidupan terus berputar dan demikian pula keadaan musuhmu. Kadang – kadang dia beruntung, kadang pula dia sial. Mengharap musuhmu selalu sial akan membuat pikiranmu terganggu. (18)

Matahari sesungguhnya selalu hadir dan ada. Dan setiap orang terhangati olehnya. Meskipun begitu, karena matahari tidak selamanya terlihat, manusia tidak mengetahui bahwa kehangatan dan kehidupannya berasal darinya. (19)

Akal adalah satu jenis yang sama dengan malaikat, meskipun malaikat memiliki sayap sedangkan akal tidak. Namun jika kedua hal itu memiliki fungsi yang sama, maka perlu dipertimbangkan bentuk dari kedua hal tersebut. Dalam hal ini akal dan malaikat. Bila bentuk malaikat lenyap kenyataannya mereka hanya akan menjadi akal fitri yang tidak memiliki sayap.
Kami menjadi sadar bahwa malaikat merupakan akal fitri yang telah berwujud. Pada hakekatnya mereka dinamakan “akal yang terejawantah”. Sama halnya, apabila engkau membuat burung dari lilin, lengkap dengan bulu dan sayapnya, dia akan tetap sebagai lilin. Tidakkah engkau melihat ketika bulu, sayap, kepala dan kaki burung itu dilelehkan, ia akan kembali menjadi lilin? (24)


Pertama, berikan mangkuk
pada kedirian yang cerewet sehingga daya
rasional tak lagi bicara.
Suatu kata rasionalitas terhalang, sebuah
semburan akan dating dan menghapus
segala fakta dunia dan tempat ini.
(205)

Bintang gemintang, awan,
dan bentangan langit, jin, setan, dan malaikat,
serta segalanya, semua itu diciptakan untuk
kepentingan manusia.
(213)

Aku berharap rohku
dapat menjadi korban bagi Cinta! Karena
sesungguhnya hanya ada satu tempat
bagi hati, ialah mi’raj ke langit.
(216)

Dengarlah dari jantung misteri – misteri!
Pahamilah apa yang bias engkau pahami!
Dalam hati yang bagai batu bersemayam api
yang membakar segala selubung menuju
akar dan inti.
Tatkala semua telah terbakar, hati dapat
sepenuhnya memahami riwayat Khidir
dan ilmu Tuhan.
Cinta lama akan mengejawantahkan
bentuk – bentuk yang selalu baru di antara
roh dan hati.
Seketika Bentuk Dikau mengambil
tempat di dadaku  di manapun aku duduk,
di situlah Firdaus.
(218)

Segala tekanan telah menjelma
kesetiaan, segala lumpur adalah kesucian!
Sifat – sifat kemanusiaan telah sirna, Sifat
– sifat Tuhan telah menjelma!
Segala lukisan telah pergi, seluruh lautan
menjadi biru! Seluruh kebanggaan telah
tiada, datanglah segala Keagungan!
(219)


Ketahuilah bahwa segala urusan
dan pekerjaan selain merenungkan Wajah
Tuhan di jalan ini, adalah kekafiran dan
pengingkaran atas Kebenaran. Seketika
Engkau tunjukkan Roman Muka, tercurilah
akal dari keyakinan.
Dalam setiap penjuru, roh Al – Hallaj melihat
tiang – tiang gantungan. Engkau telah
menjadikan roh gila dan hati menjadi
lautan. Bagaimana mungkin hati pergi
pada kekasih yang lain?
(182)

Tatkala Engkau mempertontonkan
sebutir partikel Wajah-Mu, maka jubah darwis
maupun ikat pinggang Nasrani taka akan lagi
berada di  muka bumi.
Manakala Engkau tunjukkan Wajah-Mu
pada seseorang dalam dua dunia, ia
akan ditelan api dan tiada yang tersisa
kecuali kepedihan-Mu.
Jika Engkau lemparkan hijab yang menutupi
Wajah-Mu, tidak aka nada lagi jejak – jejak
wajah rembulan dan matahari.
Dengan anggur Cinta-Mu,
segala yang tertidur akan ditelan api. Tiada sesuatu
pun kecuali Engkau yang akan selalu
diselubungi rahasia.
(183)

Karena demi memadamkan
kecemburuan, Tuhan mengajarkan pada
Adam nama – nama. Segalanya merupakan
Keseluruhan yang terselubung
bagian – bagian.
Kecemburuan mengarahkan pada
“yang lain”. Sesungguhnya tak ada yang
lain itu, tapi mengapa Tuhan Yang Maha Esa
menampakkan yang satu sebagai dua?
Mulut penuh dengan rahasia – rahasia dari
Yang Gaib. Lalu, apa yang
mencegahnya bicara?
(184)

Kau berkata “Siang dan malam
aku selalu melakukan shalat.” Tapi
mengapa, wahai saudaraku, kata – katamu
bukanlah shalat?
(187)

Baik kau menelan agama atau kekafiran,
kau tetap saja akan memuntahkannya bagai seekor
anjing. Sebab, keberagamaan dan
kekafiranmu nyata – nyata hanya karena iblis.
Hingga saat kematian yang bagai cuka busuk
mencengkeram tenggorokanmu, kau
akan meraung dan berteriak bagaikan
iblis berkumur!
Teruslah mengintari tempat roti
dan menjilati meja bagai seekor lalat. Maka
sampai hari kebangkitan, kau akan berada
dalam lingkaran iblis.
(193)

Sibukkan dirimu dengan diri rohani!
Lalu jadilah rembulan – rembulan yang
menyembunyikan perawan – perawan yang
akan menampakkan teofani dari
balik jilbab mereka!
Meski kau akan kehilangan dirimu
dan dunia. Namun di luar dirimu sendiri dan
dunia, kau akan terkenal.
(194)

Akal menelan bius dari tangan Cinta,
maka lihatlah kegilaannya!
Dan kini akal dan Cinta sama – sama gila.
Disebabkan cintanya pada sungai, danau
yang mengalir menjelma menjadi samudera.
Karena itu musnahlah ia.
Manakala ia mencapai Cinta akan tampak
baginya lautan darah.  Dan akal duduk di
tengah – tengah genangan darah.
Gelombang darah menerjang kepalanya,
melemparkannya dari enam penjuru arah.
Menuju Tanpa Arah.
Manakala ia telah sepenuhnya sirna, secepat
kilat ia mengambil tempat dalam Cinta.
Kemudian sirna hingga mencari tempat di
mana tak ada di langit dan di bumi.
(200)

Biarkan pikiran pergi,
dan jangan bawa dia masuk ke dalam hati.
Sebab engkau telanjang, dan pikiran
adalah udara beku.
Engkau berpikir untuk bisa lari
dari derita dan kesusahan, padahal justru
pikiranmu itulah sesungguhnya yang
merupakan mata air kesusahan.
Ketahuilah bahwa bazaar Binaan Tuhan di
luar pikiran. Coba renungkan akibat – akibatnya,
duhai engkau yang dikuasai oleh api!
Lihatlah Jalan bagaimana bentuk – bentuk bisa
melayang. Dan perhatikan Aliran yang
menjalankan perputaran roda langit,
Keindahan Wajah bunga yang menjadikan
wajah – wajah hati membara bagai bunga –
bunga, itulah Sumber segala godaan.
Ia berasal dari dagu dan pipi para pecinta
yang menyala!
Beratus – ratus ribu burung terus terbang
dengan bahagia dari hakikat, inilah beratus
ribu anak panah yang terus meluncur
dari satu Busur.
(203)


Mati tanpa cinta
adalah kematian terburuk dari segala
kematian. Tahukah, mengapa tiram
bergetar? Tentu karena mutiara.
(151)

Jibril menari – nari karena cintanya
pada Keindahan Tuhan. Sedangkan Ifrit menari
karena citanya pada setan betina.
(154)

 Perang di tengah - tengah makhluk,
kebencian di tengah - tengah semua kehidupan.
Semua dia letakkan selalu dalam keadaan
sebagai teman yang baik!
Dia berbicara manis dan mengalirkan kata - kata
pada bunga dan menjadikannya tertawa,
Dia menjadikannya sudut yang lembut
pada kabut dan membasahi matanya.
Dia berkata pada bunga,
"Perayaan adalah yang terbaik!" Dia berkata
pada kabut, "Menangis adalah yang
terbaik!" Tiada seorang pun menerima
nasihat dari orang lain.
Dia berkata kepada cabang, "Menarilah!",
pada dedaunan, "Bertepuklah!", pada langit,
"Berputarlah mengelilingi rumah
bumi yang besar ini!"
(155)

Bertaudanlah pada Nabi
"Apapun yang Tuhan berikan padamu,
tentu punya arti!"
Jika kau senantiasa menanggung beban derita,
maka pintu surga akan terbuka.
Jika kesusahan menghampirimu, peluklah ia
bagai seorang kawan!
Jika datang siksa dari Tuhan Yang Tercinta,
cobalah sambut ia dengan mesra!
Lalu kesusahan akan melemparkan
topengnya. Maka menjelmalah hujan gula,
hingga lembutlah hati yang membara.
(156)

Apapun yang kuterima
dari-Mu semua kuserahkan pada presepsi-Mu
semata, karena presepsi-Mu adalah
keagungan dalam gambaran Roman Muka.
Tidak, aku salah. Karena meski tidak semulia
presepsi-Mu, segala keindahan dan ke-
sahajaan dalam tiap presepsi adalah
pemberian-Mu juga.
(157)

Dunia tanah dan air ini
adalah substansi dari keingkaran dan
kefanaan. Aku telah memasuki jantung
keingkaran supaya memperoleh keyakinan.
Raja dunia mencari seorang pecinta yang
seimbang. Dan beruntunglah, wajahku
bercahaya bagai koin emas sehingga aku
dapat memperoleh tempat dalam
Timbangan-Nya.
Kasih Tuhan adalah air yang hanya akan
menuju tanah yang rendah. Karena itu aku
ingin menjadi debu supaya bisa menjadi
objek Kasih-Nya dan dapat mencapai-Nya.
Hanya kepada yang sakitlah seorang dokter itu
memberi pil atau obat.
Karena itu aku ingin benar – benar sakit supaya
memperoleh Obat-Nya.
(160)

Karena keindahan hanyalah
tipu daya, maka peganglah ujung cadar
kesusahan.
Di jalan ini, aku adalah pelacur
yang telah melepaskan cadar dari setiap
wajah keindahan. Mereka mengenakan cadar – cadar
yang menakutkan, karena itu kau menganggap
mereka adalah naga.
Tapi karena aku hidup dengan rohku, maka
kutempatkan naga – naga pada
singgasana yang mulia!
Demikian jika engkau hidup dengan rohmu,
maka dengarkan apa kata mereka!
Kesusahan tak pernah menghampiriku
tanpa tawa. Karena aku menganggap
sakit adalah obat.
Tiada sesuatupun yang lebih diberkati selain
kesusahan, karena ia adalah pahala
pada akhirnya.
Jika engkau menunjukkan kesatriaanmu,
maka tidak akan kau temukan sesuatu. Aku
akan diam, dan kubiarkan kesalahan
menjauhi mulutku.
(162)

Tak peduli engkau suci atau tidak,
hendaknya jangan lari! Justru mendekatlah,
karena kedekatan dengan-Nya
menambah kesucian.
(165)

Setiap hari, Tuhan membuatku terus gila.
Ia datang dengan beraneka ragam permainan.
Kusadari aku menjadi mainan-Nya yang
senantiasa dibikin bingung dalam
permainan-Nya.
(168)

Apalah arti tempat yang luas ini
bagi seekor semut? Sulaiman sendiri
telah merobek jubah kerinduannya!
Duhai Tuhan, janganlah Engkau hukum aku
karena kiasan – kiasan hina ini!
Sebab jubah – jubah dipotong sesuai dengan
bentuk tubuh pemesannya. Meski kain
dari-Mu panjang, tapi tubuh mereka
pendek.
Karena itu bawakan padaku tubuh
yang tinggi menjulang. Maka akan kami
potong sebuah jubah yang luasnya tak
terukur oleh rembulan.
(174)

Jika kau ingin melihat Tuhan
dalam Bayangan-Nya, maka tundukkan selalu
rohmu dalam sujud!
(178)

Manakala teofani Keindahan
Tuhan bertambah, lihatlah atom demi atom
dari dunia mabuk. Dengan demikian kita
jadi paham kenapa Musa menjadi pingsan
tatkala hendak menyaksikan-Nya.
(180)


Tatkala engkau mampu
meruntuhkan penjara dari jasad ini maka
engkau akan segera dapat mengepakkan
sayap dan terbang tinggi bersama roh.
(61)

Kau sudah sangat jauh berlari
di atas tanah ini dan mengelilingi dunia.
Maka kini, lakukanlah perjalanan di dalam roh
dan saksikan sejatinya manusia yang telah
menjelma roh!
Saksikan para pemuja
Perintah Tuhan tenggelam dalam perintah –
Nya dengan segala karunia, keindahan,
dan kesaksian mereka.
(62)

Tak ada satupun jalan
untuk lari dari – Nya, sebab Tuhan adalah Roh
dari semua roh. Aku tidak dapat
menyaksikan satu roh pun yang menjadi
musuh bagi Roh-nya.
(63)

Kedirian itu ibarat musim gugur
yang menyelimuti taman. Dan engkau yang
ingin melihat wajah dan senyum dari
taman, tunggulah musim semi yang akan
membuka selubung kepalsuan
musim gugur.
(65)

Seekor burung yang terbebas
dari jerat kedirian tak lagi punya rasa takut. Ia
terbang dengan bebas ke mana saja.
(67)

Mengapa hati begitu terasing
dalam dua dunia? Itu disebabkan Tuhan Yang
Tanpa Ruang kita lemparkan menjadi
terbatasi ruang.
(69)

Karena bangga diri dan buta hati,
seperti iblis, manusia ini tak lagi memuliakan
orang suci. Katanya, “Bagi tuhan saja
sujud kupersembahkan.”
Padanya Adam memberikan jawaban, “Sujud
kepadaku ini untuk-Nya. Kau melihatnya
berupa dua sujud karena ketersesatan
dan keingkaran.”
(70)

Manakala kau telah mampu
membunuh kedirianmu yang keji, maka kau
akan mampu menjejakkan kaki di atas
menara langit ke tujuh!
(75)

Di dunia debu ini, berapa lamakah
kita akan melumuri pakaian kita dengan
kotoran, batu – batu, dan tanah,
sebagaimana seorang bocah?
Mari kita tinggalkan debu dan terbang ke
langit, melepaskan diri dari kekanak –
kanakan menuju kematangan!
(91)

Tanpa ragu, dunia wujud adalah sampah!
Tempat kita yang sesungguhnya adalah
hakikat, maka pergilah ke sana!
(124)

Hakikat adalah lautan,
kita adalah ikan, dan wujud adalah jaring.
Bagaimana mungkin dia yang berada
dalam jarring dapat menikmati lautan?
(125)

Seperti seorang anak kecil yang mati
di dada ibunya, aku ingin mati di dada Kasih
dan Rahmat Yang Maha Pengasih.
Igauan apa ini? Bagaimana mungkin seorang
pecinta mati? Sungguh aneh, ada sesuatu
yang mati dalam air kehidupan.
(133)

Ketahuilah, apapun yang
menjadikanmu tergetar itulah yang terbaik
bagimmu! Dan karena itulah, hati seorang
pecinta lebih besar daripada
singgasana Tuhan.
(135)

Cinta tak dapat ditemukan
melalui pendidikan dan ilmu pengetahuan,
buku – buku dan tulisan – tulisan.
Apapun yang dikatakan orang,
bukanlah jalan para pecinta.
(136)

Apapun yang kau dengar dan
katakan (tentang cinta), itu semua hanyalah
kulit. Sebab , inti dari Cinta adalah sebuah
rahasia yang tak terungkapkan.
(138)

Ketahuilah, kebesaran cinta itu
dapat diukur dari apa yang dicintainya. Duhai
pecinta yang miskin, termasuk golongan
yang manakah dirimu?
(142)


Jika matamu telah terbuka
bagi matahari persatuan, maka segeralah
datang pada Cakrawala Realitas – realitas.
Hentikan segala pembicaraan tentang bayang – bayang.
(42)

Bebaskan diri kita dari harapan
mendapat surga dan ketakutan pada neraka!
Bebaslah kebanggaan para fakir dari malu
pada roh mereka sendiri! Hancurkan segala
lukisan dan gambar demi Tuhan Yang
Maha Melukis. Tuhan telah menumpahkan
seratus ribu darah!
Dengan api kebaikan abadi,
bakarlah roh – roh agar membara!
Tiada satu pun hasrat memahami rahasia –
rahasia keperkasaan-Mu kecuali dia yang
keluar dari pekerjaan rohani tanpa eksistensi,
musnah oleh kefakiran.
(44)

Tentu saja, kegelisahan pikiran
adalah bentuk lain dari kecerdasan. Sebab
tidak bisa seseorang yang tenang dan
berpikiran cerdas disepadankan
dengan pemimpi yang tidur.
Selama burung berada di dalam sangkar, ia
menderita kepenatan. Jika sangkar telah
hancur, lalu apa yang terjadi?
Ketika akal hadir, nafs penuh dengan
kesalahan – kesalahan dikarenakan dosa.
Namun, manakala Akal sejati hadir, di
manakah dosa – dosa nafs?
(48)

Ketika para malaikat bersujud kepadanya,
Adam berkata pada salah satu yang hanya
melihat kulit, “Makhluk dungu! Apakah kau
anggap diriku tiada lain hanya
jasad kerdil?”
(50)

Jika dualitas sampai bersemayam
di hati dan roh walau sejengkal waktu, maka
akal akan mempertontonkan bahwa Adam
dan Hawa hanyalah nafs. (51)

jangan kau seperti Iblis,
hanya melihat air dan lumpur ketika
memandang Adam. Lihatlah di balik lumpur,
beratus – ratus ribu taman yang indah!
(53)

Iblis melihat segala sesuatau dalam
keterpisahan. Karena itu dalam pandangannya
kita terpisah dari Tuhan.
(54)

Tataplah dirimu sendiri walau sejenak!
Lihatlah isyarat dari keindahan
wajahmu sendiri!
Maka kau tidak akan tertidur seperti binatang
dalam kubangan lumpur jasad.
Karena itu kau dapat
menuju rumah kebahagiaan tempat
roh – roh bermesraan.
(55)

Jasad itu sesungguhnya hanyalah
sebongkah tanah. Ia menjadi hidup hanya jika
ada roh yang memancarinya.
(56)

Seandainya kau hanya jasad ini,
kau tidak akan mengerti tentang roh.
Padahal jika saja kau roh ini, kau
dapat tinggal dalam kebahagiaan.
(57)

Barangsiapa yang menatap
seseorang yang menempuh jalan rohani
dengan matanya yang lemah, maka kau
harus menertawakan ketertipuan
kedua matanya!
(58)

Jika saja Amanat Tuhan
tidak menyinari Bumi, aku akan penuh dosa,
dzalim seperti watak dunia.
Bukankah jalan dari kuburan menuju
firdaus begitu lempang, mengapa aku begitu
senang  dan betah di kuburan jasad ini?
Dan bukan kah ada jalan ke kiri dan ke kanan?
Mengapa aku seperti kebun berkawan
dengan angin utara dan selatan?
Bukankah ada Kebun Kemurahan, bagaimana
aku dapat berkembang? Jika bukan karena
karunia Tuhan, aku akan menjadi orang yang suka
mencampuri urusan orang!
(59)


Biarkan aku bercerita tentang
keajaiban – keajaiban Dikau, oh Cinta! Ijinkan
aku membuka pintu gaib dari makhluk,
dengan ucapan!
(1)

Jika kau bukan seorang pecinta,
jangan pandang hidupmu adalah hidup.
Sebab, tanpa cinta segala perbuatan tidak
akan dihitung pada Hari Perhitungan nanti.
Setiap waktu yang berlalu tanpa Cinta, akan
menjelma menjadi wajah yang
memalukan di hadapan Tuhan.
(8)

Barangsiapa melihat sesuatu
Pada sebab – sebab, maka dia akan menjadi
Pemuja bentujk. Namun orang yang mampu
menatap pada “Sebab Pertama”,maka dia
akan menemukan cahaya
yang memancarkan makna.
(9)

Dunia manusia adalah batin
yang memiliki kemegahan. Karena itu wahai
sahabat, mungkinkah engkau menjadi
bijak, sementara yang relatif terus kau jadikan pujaan?
(11)

Orang yang bijaksana melihat
ucapan bagaikan orang tua. Ia turun dari
langit, karena itu ia bukanlah sesuatu
yang tak berharga.
Ketika kau bicara dengan kata – kata kotor
maka sekian banyak kata hanya bernilai
satu. Namun bila kau bicara dengan baik maka satu kata akan memiliki nilai berlipat.
Ucapan akan terkuak bagi engkau yang
mampu membuka hijab. Sehingga kau
tahu bahwa ia adalah sifat –
sifat Tuhan Yang Maha Mencipta.
(19)

Tuhan bergerak di mana – mana.
Ia juga hadir dalam tiap gerak. Namun Tuhan
tidak bisa ditunjuk dengan ini dan itu.
Sebab wajahnya terpantul dalam
keseluruhan ruang. Walaupun sebenarnya
Tuhan itu mengatasi ruang.
(26)

Tak berwarna merupakan asal
segala warna. Tak berlukisan adalah asal dari
semua lukisan. Dan tanpa kata – kata
adalah asal dari segala kata. Itu semua
bagaikan tambang yang merupakan asal
dari logam. Karena itu saksikanlah!
(27)

Kembalilah pada sejatimu,
wahai hati! Karena jauh di dalam dirimu wahai
hati, engkau akan menemukan jalan
menuju Yang Maha Tercinta.
(29)

Pasukan manusia lahir dari negeri roh.
Akal menjadi penasehat dan hati menjadi
rajanya. Suatu ketika, hati ingat negeri roh.
Maka seluruh pasukan kembali
ke dunia keabadian.
(32)

Meskipun kalian telah berbuat seratus kebaikan,
janganlah kalian pernah merasa aman dari
tipu daya ciptaan Tuhan. Jika ingin melihat
kepastian, basuhlah mata kalian.
Sebab tipu daya Tuhan begitu tak terkirakan,
sedang roh kalian hanya kesementaraan,
kapankah kalian menangkapnya secara hakiki.
(35)

Duhai wujud roh bentuk!
Engkau telah mengahncurkan sekian
banyak pemberhalaan. Namun karena gambaran Dikau adalah
berhala, kami harus menjadi pemuja –
pemuja berhala.
(38)

Burung  - burung kesadaran telah turun
dari langit dan telah terikat pada bumi sepanjang
dua atau tiga hari. Mereka merupakan
bintang – bintang di langit agama yang
dikirim dari langit ke bumi.
Demikian pentingnya penyatuan dengan
Tuhan secara sadar dan betapa
menderitanya keterpisahan dengan-Nya.
(40)


Gambar 1 : Instrumen IBIS milik Integral menangkap Ledakan Sinar Gamma (LSG) tanggal 19 Desember 2004 yang sekarang tengah dianalisis oleh Philippe Laurent dan rekan - rekannya secara detail. Ledakan itu amat terang sehingga Integral dapat mengukur polarisasinya juga, yang memungkinkan Laurent dkk untuk mendeteksi perbedaan pada sinyalnya berdasarkan perbedaan energi. LSG yang diperlihatkan di sini, pada 25 Desember 2002, adalah yang pertama ditangkap menggunakan kamera sinar gamma berkekuatan tinggi milik Integral. Ketika terjadi ledakan pada bintang, LSG bersinar seterang seratus galaksi yang setiap galaksi memuat satu milyar bintang.
Kredit : ESA/SPI Team/ECF
Observatorium sinar gamma Integral milik European Space Agency (ESA) telah mempublikasikan hasil pengamatan yang akan mempengaruhi pencarian fisika yang melampaui Einstein secara dramatis. Integral menunjukkan bahwa setiap pokok 'butiran' ruang kuantum harus berada pada skala yang jauh lebih kecil dari perkiraan sebelumnya.

Teori Relativitas Umum Einstein menjelaskan sifat - sifat gravitasi dan mengasumsikan bahwa ruang itu halus dan kontinu. Namun teori kuantum menunjukkan bahwa ruang haruslah kasar pada skala kecil, seperti pasir di pantai. Salah satu perhatian besar fisika modern adalah untuk mengawinkan kedua konsep tersebut menjadi satu teori, yakni gravitasi kuantum.

Saat ini, Integral telah menempatkan batasan ketat baru pada ukuran “butir – butir” kuantum dalam ruang. Yakni menunjukkan bahwa butir – butir itu jauh lebih kecil daripada ide – ide dalam gravitasi kuantum.

Menurut perhitungan, butir kecil kuantum dapat mempengaruhi “perjalanan lintas ruang” sinar gamma. Butir itu akan memuntir sinar cahaya, merubah arahnya ke arah osilasi mereka. Sifat ini disebut polarisasi. Sinar gamma berenergi tinggi akan diputar lebih banyak daripada sinar gamma yang identik namun energinya lebih rendah. Selanjutnya, perbedaan polarisasi itu dapat digunakan untuk memperkirakan ukuran butir.

Philippe Laurent dari CEA Saclay dan rekan - rekannya menggunakan data dari instrumen IBIS milik Integral untuk mencari perbedaan polarisasi antara sinar gamma berenergi tinggi dan rendah yang dipancarkan selama ledakan - ledakan sinar gamma (LSG) paling kuat yang pernah dilihat. LSG berasal dari beberapa ledakan paling enerjik yang diketahui di alam semesta. Sebagian besar diperkirakan terjadi ketika bintang bermassa besar runtuh menjadi bintang neutron atau lubang hitam (proses supernova). Fenomena itu mengarah pada pulsa besar sinar gamma yang bertahan hanya beberapa detik atau menit, tetapi lebih terang dari seluruh galaksi.

LSG 041219A yang berlangsung pada tanggal 19 Desember 2004 sangat terang, sehingga Integral bisa mengukur polarisasi sinar gamma-nya dengan sangat akurat. Dr Laurent dan rekan - rekannya mencari perbedaan polarisasi berdasarkan perbedaan energi, namun ia tidak menemukan batas akurasi data itu.

Beberapa teori menyatakan bahwa sifat kuantum ruang harus memanifestasikan dirinya pada skala Planck yang sangat kecil, sekitar . Namun pengamatan Integral lebih teliti, sekitar 10.000 kali lebih akurat dari semua pengukuran sebelumnya. Dan menunjukkan bahwa butir - butir kuantum harus berada pada orde atau lebih kecil.

"Ini adalah hasil yang sangat penting dalam fisika fundamental dan akan mengesampingkan beberapa teori, seperti teori dawai dan teori loop gravitasi kuantum," kata Dr Laurent. Integral membuat pengamatan sejenis pada tahun 2006, ketika ia mendeteksi polarisasi yang dipancarkan dari Nebula Kepiting (Crab Nebula). Sisa ledakan supernova di galaksi Bimasakti yang hanya 6.500 tahun cahaya dari Bumi. Pengamatan baru ini jauh lebih ketat dari itu, sebab LSG 041219A berada pada jarak yang diperkirakan setidaknya 300 juta tahun cahaya. Secara prinsip, efek pemuntiran kecil akibat butir kuantum pada jarak yang sangat besar seharusnya terakumulasi menjadi sinyal terdekteksi. Dan karena sinyal itu tidak terdeteksi maka butiran kuantum pastilah lebih kecil dari yang diduga sebelumnya.

"Fisika fundamental adalah aplikasi yang kurang jelas dari obeservatorium sinar gamma, Integral," catat Christoph Winkler, Ilmuwan proyek Integral milik ESA. "Namun demikian, ia memungkinkan kita untuk melangkah jauh ke depan dalam menginvestigasi sifat ruang itu sendiri."

Sekarang tinggal para fisikawan teoretis, yang harus memeriksa kembali teori mereka agar sesuai dengan hasil baru ini.

Gambar 2 : Observatorium sinar gamma Integral milik ESA yang dapat mendeteksi ledakan sinar gamma, fenomena paling enerjik di alam semesta.
Kredit : ESA/Medialab



Sumber :
esa.int


ULAS J1120+0641

Tim astronom Eropa menggunakan teleskop raksasa milik ESO (European Southern Observatory) dan sejumlah teleskop lain untuk mengamati serta mempelajari quasar terjauh yang saat ini telah ditemukan. "Lampu terang" ini berasal dari lubang hitam dengan massa dua milyar kali dari matahari kita, sampai sekarang quasar ini adalah obyek paling terang yang pernah diamati.

"Quasar ini merupakan unsur penting pada masa awal alam semesta. Ini adalah obyek langka yang akan membantu kita untuk memahami bagaimana lubang hitam supermasif tumbuh beberapa ratus juta tahun setelah Big bang," kata Stephen Warren, pemimpin tim penyelidikan.

Quasar, atau galaksi jauh yang dipercaya bersumber (energi) pada lubang supermasif di tengahnya, memancarkan cahaya yang sangat terang. Kecerahan mereka membuat mereka menjadi seperti lampu (beacon) yang dapat membantu manusia untuk mempelajari zaman ketika bintang dan galaksi pertama terbentuk. Obyek yang terakhir kali diamati itu merupakan quasar terjauh dan diduga cahayanya adalah bagian terakhir era reonisasi. Yakni zaman awal alam semesta, ketika hidrogen netral telah terbentuk lantas membelah kembali menjadi proton dan elektron akibat radiasi sinar ultraviolet.

Selanjutnya, Quasar itu diberi nama ULAS J1120+0641. Nama itu diambil dari posisinya di langit menurut koordinat yang ditetapkan para astronom. Nilai pergeseran merah (redshift) quasar itu adalah 7,1, yang artinya ia muncul sekitar 770 juta tahun setelah Big Bang. Namun, butuh 12,9 milyar tahun bagi cahayanya untuk mencapai kita. Dan karena cahaya itu sama dengan informasi pada saat ia dipancarkan, maka apa yang terlihat dari bumi saat ini adalah kejadian 12,9 milyar tahun yang lalu. Selain itu, cahaya yang terpancar dari benda langit tersebut mengalami peregangan akibat ekspansi alam semesta.

Meskipun obyek - obyek yang lebih jauh telah dikonfirmasi (seperti semburan sinar gamma pada pergeseran merah 8,2; eso0917), quasar yang baru saja ditemukan itu seratus kali lebih terang daripadanya. Dan, di antara obyek - obyek yang cahayanya cukup terang untuk dikaji secara detail, inilah yang paling jauh dengan garis tepi (margin) terbesar.

Quasar terjauh berikutnya terbentuk 870 milyar tahun setelah Big Bang (redshift 6.4). Obyek serupa yang lebih jauh tidak dapat ditemukan pada survey cahaya tampak karena cahaya mereka, yang meregang akibat ekspansi alam semesta, sebagian besar jatuh ke spektrum inframerah saat mencapai bumi. Dan teleskop khsusus inframerah masih berada dalam tahap pembangunan.

"Kami membutuhkan waktu lima tahun untuk menemukan obyek ini," terang Bram Venemans, salah seorang penulis laporan penelitian. "Kami tengah mencari quasar dengan pergeseran merah yang labih tinggi dari 6,5. Menemukan yang satu ini sangat jauh, pada pergeseran merah yang lebih tinggi dari 7, merupakan kejutan yang menarik. Dengan mengintip dalam - dalam ke era reonisasi, quasar ini menyediakan kesempatan unik untuk menjelajahi jendela seratus juta tahun dalam sejarah kosmos yang sebelumnya berada di luar jangkauan."

Observasi itu menunjukkan bahwa massa lubang hitam di tengah ULAS J1120+0641 adalah sekitar dua milyar kali massa matahari kita. Massa yang sangat besar ini sulit untuk dijelaskan (karena terjadi) pada awal Big Bang. Teori tentang pertumbuhan lubang hitam supermasif saat ini memprediksikan pembangunan lamban (slow build-up) massa sebagai obyek padat yang menarik materi di sekitarnya sehingga massanya bertambah.

"Kami pikir hanya ada sekitar seratus quasar terang dengan pergeseran merah yang lebih tinggi dari 7 di langit," simpul Daniel Mortlock, pemimpin penulisan laporan. "Untuk menemukan obyek ini butuh pencarian yang melelahkan, namun itu sepadan dengan upaya kami untuk dapat mengungkapkan beberapa misteri awal alam semesta."



Sumber :
eso.org