DISARIKAN DARI BUKU "THE SCIENTIFIC METHOD OF IBN AL-HAYTHAM" KARYA MUHAMMAD SAUD
Ibnu Al-Haytsam, yang di barat lebih dikenal dengan sebutan Alhazen, mempunyai nama lengkap Abu 'Ali Ibn Al-Hasan Ibn Al-Husayn Ibn Al-Haytsam. Ia lahir di Basrah pada 365 H / 965 M, dan karenanya juga dikenal sebagai Al-Basri. Ia kemudian menetap di Mesir hingga meninggal tahun 430 H / 1039 M. Ia adalah seorang filsuf, matematikawan, ahli fisika, insinyur, astronom, sera teolog. Dia mempunyai pengetahuan yang banyak (pada masa itu) tentang pengobatan tetapi tidak menerapkannya.
Al-Haytsam belajar di Basrah. Ia merupakan salah satu anak zaman ketika semangat untuk melakukan aktivitas intelektual sedang menggebu - gebu. Pada masanya, karya - karya orang Yunani tentang pengobatan, astronomi, matematika serta fisika diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Sejumlah besar ilmuwan dan sarjana juga menunjukkan penguasaan beberapa cabang ilmu sekaligus. Sehingga atmosfer yang menyelimuti keseharian Al-Haytsam sangat cocok dan mendukungnya untuk melakukan penelitian ilmiah.
Ketika Khalifah Fatimiyah Al-Hakim bin Amrullah di Mesir mendengar tentang Al-Haitsam, ia berkehendak untuk menemuinya. Khususnya setelah ia mendapat kabar bahwa Al-Haytsam mampu merancang dam di dekat Aswan untuk keperluan pengarian sungai nil. Al-Hakim lalu mengundangnya untuk mengunjungi Mesir. Untuk kedatangannya, khalifah itu mengadakan penyambutan pribadi di Khandaq, gerbang menuju Kairo. Al-Haytsam dihormati sebagai tamu khalifah dan segala fasilitas diberikan padanya.
Setelah memahami maksud khalifah mengundangnya (yakni untuk merancang dan membangun dam), Al-Haytham lantas merencanakan pembangunan tersebut dan mengunjungi lokasi yang dimaksud bersama sekelompok insinyur. Akan tetapi setelah merenungkan masalah yang dihadapi -kekurangan dana, tenaga serta peralatan untuk mengeruk dan memindahkan tanah- ia meninggalkan gagasan pembangunan dam itu. Sebuah pilihan yang bijak, lebih baik daripada jika pekerjaan tersebut dimulai dan berhenti di tengah jalan oleh karena kurangnya sumber daya.
Sekembalinya Al-Haytsam dari Aswan, ia menjelaskan kesulitan yang dihadapi pada khalifah. Meskipun khalifah menyatakan kepahaman akan kesulitan yang dihadapi dan bahkan menempatkannya pada jabatan pemerintah, Al-Haytsam masih merasa tidak aman dan takut kalau - kalau khalifah marah cepat atau lambat. untuk menghindari mewujudnya ketakutan itu menjadi kenyataan, ia berpura - pura gila hingga khalifah Al-Hakim meninggal.
Al-Haytsam menghabiskan sebagian besar waktunya untuk belajar, menilis dan melakukan riset eksperimental. Ia juga menghindari semua hal yang menjadi penghalang baginya untuk melakukan kegiatan intelektual. Ia pernah ditunjuk untuk menduduki beberapa jabatan pemerintah, pertama di Basrah dan kedua di Mesir. Tetapi ia menolak kedua tawaran demi melanjutkan belajar dan risetnya. Ia menunjukkan tingkat kesabaran dan ketekunan yang tinggi dalam usahanya untuk memperoleh ilmu pengetahuan.
Al-Haytsam memberikan banyak sumbangan pada ilmu pengetahuan. Ia membuat penemuan berharga dalam bidang optika, matematika, filsafat, astronomi dan beberapa bidang lainnya. Ia juga menjelaskan prinsip - prinsip dan cara kerja sejumlah instrumen keilmuan. Ia mempunyai tiga alasan kenapa ia begitu antusias mengejar ilmu pengetahuan. Pertama, ia ingin orang yang mencari kebenaran dan lebih menyukai ilmu pengetahuan daripada hal lain memperoleh manfaat dari pencapaiannya dalam ilmu pengetahuan baik ketika ia masih hidup maupun sudah mati. Kedua, ia ingin menguji dan membuktikan gagasan - gagasan yang sampai padanya. Ketiga, ia ingin hasil - hasil penelitian yang diperoleh beserta tulisan - tulisannya menjadi kekayaan di masa tua.
Kesederhanaan menjadi dasar bagi kebutuhan hidup Al-Haytsam sehari - hari. Untuk mencukupi kebutuhannya, ia menulis ulang buku - buku seperti Elemen karya Euclid dan Almagest karya Ptolemy untuk kemudian dijual kepada orang - orang yang menghargai. Kebutuhan sehari - harinya sangat sedikit, sehingga hasil dari penjualan buku - buku tersebut cukup untuk memenuhinya.
Dikisahkan oleh Al-Baihaqi bahwa Surkhab dari Syria datang pada Al-Haytsam untuk belajar padanya. Ibnu Al-Haytsam mensyaratkan upah sebesar 100 dinar sebulan, yang kemudian disetujui oleh Surkhap sehingga ia belajar padanya selama tiga tahun. Ketika Surkhab merasa pendidikannya cukup dan bermaksud untuk pulang, Al-Haytsam memyerahkan kembali uang yang dia bayarkan padanya. Al-Haytsam berkata, "Engkau berhak mendapat kembali uang ini, karena aku hanya ingin menguji ketulusan hatimu, dan oleh karena aku melihat engkau hanya mempunyai sedikit kepedulian pada uang sebab belajarmu, maka aku memusatkan perhatianku pada pendidikanmu..."
Selain sebagai seorang eksperimentalis, Ibnu Al-Haytsam adalah penulis yang produktif. Ia menulis gagasan - gagasan dan hasil - hasil percobaannya hingga menghasilkan ratusan judul buku. Isma'il Basha mencatat sejumlah 127 judul, sementara Ibn Abi Usaybi'ah menyebutkan 200 judul buku termasuk beberapa komentar tentang karya orang Yunani. Karyanya yang paling terkenal adalah buku tentang optika berjudul Kitab Al-Manadzir (Buku Tentang Instrumen Penglihatan) yang dikomentari secara panjang lebar oleh Kamaludin Al-Farisi.