twitter


Semenjak tonggak fisika modern didirikan oleh Max Planck tahun 1900, berbagai usulan yang menentang fisika klasik-pun muncul. Tentu saja kemunculan ide – ide ini karena fisika klasik gagal menjelaskan fenomena - fenomena yang terjadi. Yaitu yang berkaitan dengan benda yang benar – benar besar seperti planet dan bintang, ataupun benda yang benar – benar kecil seperti atom, bahkan quarka.

Salah satu ide yang menarik untuk dibahas adalah teori relativitas, yaitu sebuah usulan bahwa segala sesuatu yang berada di jagad raya ini adalah relatif. Dimulai dari Newton yang mengusulkan gerak relatif. Ambillah contoh seorang bus yang bergerak kearah terminal, maka orang – orang yang berada di terminal akan mengatakan bahwa supir berikut busnya yang mendekat. Akan tetapi, menurut si supir, terminal dan semua orang di sanalah yang mendekatinya.

Relativitas ruang diusulkan oleh Henry Poincare, dengan mencontohkan bahwa apabila tiba – tiba dunia ini ( dan semua isinya ) menjadi seribu kali lebih besar, maka kita tak akan dapat mengetahuinya.

Kedua teori di atas tidak begitu terkenal dibandingkan dengan ide kenisbian yang ketiga, yaitu relativitas waktu. Teori ini diusulkan dan dikembangkan oleh Albert Einstein, ilmuwan abad ke-20 yang namanya kesohor ke seluruh dunia. Konsep relativitas waktu berkatitan erat dengan batas kecepatan tertinggi yaitu kecepatan cahaya.

Tahun 1905 menjadi tahun penting peluncuran teori relativitas waktu. Setelah suntuk memikirkannya selama musim semi, mbah Albert seolah mendapat ilham. Beliau mendasari teorinya dengan dua postulat :

~Hukum – hukum fisika berlaku sama untuk setiap kerangka inersial.
~Kecepatan cahaya di ruang hampa adalah konstan.

Teori mbah Albert ini selanjutnya disebut sebagai teori relativitas khusus, karena menerangkan kejadian dalam kerangka inersial / kerangka lembam. Yaitu katika sebuah benda bergerak dengan kecepatan tetap atau diam, seperti yang telah dinyatakan oleh hukum kedua Newton.

Namun, bagaimana jadinya jika kita menggunakan kerangka yang dipercepat?

Hal ini juga dipikirkan oleh mbah Albert secara serius. Bahkan, menurut Paul Strathern mbah Albert sampai makan seadanya, sup telur yang cangkangnya penuh dengan kotoran ayam tanpa dibersihkan lebih dulu. Setelah berpikir keras ( lihat saja rambut beliau ), berdiskusi dengan kawan – kawan, akhirnya beliau menemukannya juga. Teori relativitas dengan kerangka kejadian yang dipercepat, atau lebih dikenal dengan relativitas umum. Teori ini tidak lagi memandang gravitasi sebagai gaya tarik menarik antara dua buah benda, melainkan pelengkungan ruang dan waktu oleh kehadiran massa (adanya materi).

Setelah memasukkan waktu dan gravitasi ke dalam ruang lingkup relativitas, selanjutnya muncul satu ide lagi dari mbah Albert. Yaitu menggabungkan konsep elektromagnetik ke dalam teorinya. Gagasan ini yang nantinya dikenal dengan konsep medan tunggal. Sayangnya mbah Albert keburu wafat sebelum teori terakhirnya ini selesai.

Sumber :
Paul Strathern, judul asli: The Big Idea: Einstein and Relativity, Penerjemah: Fransisca Petrajani, S. Psi., Penerbit : Erlangga, Jakarta, 2002.

Catatan:
Sampai saat tulisan ini ditulis, saya masih kesulitan mendapatkan referensi teori relativitas umum dan teori medan terpadu, terutama hitung – hitungannya. Jadi, bagi yang tahu mohon saya ditulari wangsitnya. Terima Kasih…

0 komentar:

Posting Komentar

Monggo komentar...