twitter



Adakah kecepatan melebihi kecepatan cahaya?
Berdasarkan ayat:
"Sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu." [32:47]


Dimana Δt adalah sistem waktu kita, dan Δto adalah sistem waktu Allah.
Menurut rumus dilasi waktu di samping, v akan sangat mendekati c.

Jadi sistem waktu Allah yang berlaku di surga, neraka, sidratul muntaha, dll berada dalam kerangka acuan yang bergerak meninggalkan bumi dengan kecepatan mendekati kecepatan cahaya.

Terdapat satu cara untuk mencapainya, yaitu seseorang harus bergerak dengan kecepatan yang lebih mendekati kecepatan cahaya. Kenyataannya, Nabi telah melakukan perjalanan ke sidratul muntaha (langit ke- tujuh) dalam waktu semalam. Tentunya bukan hanya perjalanan pulang pergi saja, tetapi juga bolak – balik untuk bernegosiasi tentang jumlah rakaat shalat wajib, wisata ke neraka, dan yang lainnya. Maka dapat kita simpulkan bahwa kecepatan buraq yang ditunggangi Nabi saat itu adalah sebesar c.

Terdapat satu masalah, badan Nabi tersusun atas materi bermassa sehingga apabila beliau bergerak dengan kecepatan cahaya, maka menurut teori relativitas massa tubuh beliau menjadi tak terbatas. Sedangkan malaikat dan buraq yang mempunyai badan cahaya (energi) tidak akan bermasalah dengan hal itu. Karena mereka selalu bergerak dengan kecepatan sebesar c tanpa bantuan percepatan sama sekali. Kita anggap ini adalah salah satu bukti teori annihilasi dan sampai di sini penjelasan bisa diterima.

Masalah utamanya,

Menurut kerangka acuan Nabi:
Waktu, panjang, dan massa dalam kerangka acuan beliau berjalan normal.
Sedangkan jagat raya dan seluruh isinya-lah yang bergerak berlawanan arah dengan beliau dan menyusut sampai volume nol.
Jarak yang ditempuh berkontraksi maksimum (sampai nol). Dengan kata lain, bumi-sidratul muntaha dapat ditempuh sebelum beliau sempat mengedipkan mata.

Menurut kerangka acuan kita:
Waktu, panjang, dan massa dalam kerangka acuan kita berjalan normal.
Nabi menyusut sampai volume nol searah gerak beliau atau bisa dikatakan menghilang.
Waktu beliau memulur menjadi tak terbatas, sehingga perjalanan sejauh apapun tidak akan menambah usia beliau.

Ketika Nabi bergerak dengan kecepatan cahaya, memang benar bahwa usia Nabi tidak bertambah sedikitpun karena pemuluran waktu tak hingga bagi kita atau kontraksi jarak maksimum bagi Nabi. Namun berdasarkan paradoks si kembar yang menyatakan bahwa ketika astronot kembali ke bumi, saudara kembarnya bertambah tua melebihi dirinya, begitu juga dengan bumi dan seluruh isinya.

Jagat raya kita ini luasnya jutaan tahun cahaya, dengan kecepatan cahaya sekalipun diperlukan waktu jutaan tahun untuk pergi ke sidratul muntaha. Jadi ketika Nabi kembali dengan kecepatan yang sama jutaan tahun kemudian (waktu bumi), kemungkinan besar dunia telah kiamat. Ini sangat mungkin, karena Nabi telah berwisata ke Neraka dan melihat nasib sebagian umat manusia di dalamnya. Padahal, neraka hanya berlaku setelah hari kiamat, dan orang – orang yang telah meninggal masih menunggu datangnya hari itu di alam barzah. Namun, kenyataannya Nabi telah kembali ke bumi pagi hari.

Adakah keterangan yang masuk akal untuk menjelaskan hal ini?

Terkecuali ada penjelasan lain, diusulkan bahwa cara agar Nabi dapat kembali ke bumi pada pagi hari adalah dengan melampaui kecepatan cahaya – yang dianggap sebagai fiksi sains. Karena dengan kecepatan itulah seseorang dapat kembali ke masa lalu. Wallahu A’lam

0 komentar:

Posting Komentar

Monggo komentar...