twitter


Akhirnya kubeli juga novel berjudul Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas setelah dibuat penasaran oleh isinya. Novel itu sudah sering kulihat di rak toko buku tapi waktu itu belum ada keinginan untuk membelinya. Baru ketika salah seorang teman di tempat kerja meminjamiku sebentar agar aku membaca beberapa paragraf di dalamnya, lalu tidak berkenan meminjamiku agar novel itu kubaca lebih jauh, keinginan semacam itu baru muncul.

Seingatku dia sendiri yang menunjukkan bahwa dia mempunyai buku itu padaku. Karena aku adalah orang yang sangat obsesif terhadap buku baru, maka aku langsung meminjamnya. Dia ragu-ragu, dan ketika dia menyerahkannya padaku dan kusambut novel itu, dia masih menahan tangannya sambil memeringatkanku bahwa bahasa yang digunakan untuk menulisnya adalah bahasa dewasa. Aku tertawa. Kukatakan padanya bahwa aku hanya dua puluh hari lebih muda darinya. Jika dia bisa membaca dari sudut pandang orang dewasa, aku juga pasti bisa. Lalu aku pun membaca paragraf pertamanya.
 
"Hanya orang yang enggak bisa ngaceng, bisa berkelahi tanpa takut mati," kata Iwan Angsa sekali waktu perihal Ajo Kawir. Ia satu dari beberapa orang yang mengetahui kemaluan Ajo Kawir tak bisa berdiri. Ia pernah melihat kemaluan itu, seperti anak burung baru menetas, meringkuk kelaparan dan kedinginan. Kadang-kadang bisa memanjang, terutama di pagi hari ketika pemiliknya baru terbangun dari tidur, penuh dengan air kencing, tapi tetap tak bisa berdiri. Tak bisa mengeras.

Aku nyengir, kesan pertama yang muncul setelah membaca paragraf pertama novel itu adalah bagaimana bisa temanku yang seorang gadis anggun berjilbab lebar itu bisa mempunyai dan membacanya. Dengan tersipu dia mengatakan bahwa dia tidak sengaja membelinya. Aku terkikik.

Lebih jauh, aku lalu berpikir. Ini pertama kalinya aku menemukan novel yang ditulis menggunakan gaya bahasa selugas itu ketika penulisnya menceritakan kelamin dan segala aktivitas yang berkaitan dengannya. Fakta bahwa naskahnya lolos dan diterbitkan oleh penerbit ternama adalah bukti bahwa bahasa selugas itu, ternyata, bisa juga menjadi konsumsi khalayak. Ini adalah hal baru. Maka sejak si teman enggan meminjamkannya lagi, aku berniat untuk membeli sendiri...

0 komentar:

Posting Komentar

Monggo komentar...