Iman lebih baik daripada shalat. Karena shalat harus dikerjakan lima waktu dalam sehari, sementara iman tak mengenal waktu, terus berkelanjutan. Shalat boleh jadi tidak dijalankan karena udzur, juga bisa ditunda pelaksanaannya. Namun keutamaan iman ialah ia tidak dapat ditiadakan meski karena udzur, dan tidak bisa ditunda. Iman tanpa shalat, tetap bermanfaat, tetapi tiada manfaat bagi shalat yang tanpa iman. Contohnya, pada masalah infaq. Lebih dari itu, setiap ajaran Nabi dalam melaksanakan ritual shalat mempunyai beberapa perbedaan, tetapi dalam iman yang diajarkan tidak ada perubahan. Makna shalat, dan tujuannya sama. (45)
Suatu ketika kau memainkan rebana dank au tahu bahwa aku berada di balik dinding. Karena kau yakin aku terus mendengarkannya maka kau tidak akan berhenti, sebab kau ingin menunjukkan kemampuanmu bermain rebana. Maka, tujuan dari shalat bukanlah berdiri dan menunduk lalu bersujud sepanjang hari. Tujuannya adalah, agar engkau memiliki kelanggengan situasi batin yang senantiasa muncul dalam shalat. Baik waktu tidur maupun terjaga, di kala menulis maupun membaca, dan dalam setiap keadaan hendaknya kau tidak pernah lepas dari berdzikir pada Tuhan; hendaknya engkau menjadi salah satu dari yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya. (46)
Apabila kalajengking muncul dengan peyengatnya bertengger pada tubuhmudan berkata, “Aku pernah mendengar bahwa engkau orang yang humoris. Meluculah agar aku mampu melihat bagaimana engkau melucu!”
Maka engkau akan menjawab, “Disebabkan kedatanganmu, aku tidak lagi memiliki canda dan keriangan. Apa yang telah engkau katakana menjadi tidak benar. Seluruh energi yang biasa kugunakan untuk melucu sekarang tengah berkonsentrasi dengan harapan engkau pergi.” (48)
Setiap orang menentukan jalannya sendiri dalam menjalankan suatu hal. Al-Qur’an adalah kain brokat yang memiliki dua sisi. Meskipun sejumlah orang memperoleh manfaat dari satu sisi dan sejumlah lain mengambil manfaat dari sisi yang lain, tetap saja keduanya benar. Sebab Tuhan menginginkan keduanya memperoleh manfaat. Keadaan itu bagaikan perempuan yang memiliki suami dan juga merawat anak kecil. Anak kecil bergembira mendapat susu dari payudaranya, dan demikian pula suaminya memperoleh kenikmatan karena menjadi pasangannya. (49)
Apabila engkau memiliki minyak wangi dalam kotak dengan leher pendek, engkau letakkan jemarimu ke dalamnya. Engkau tidak dapat mengeluarkan minyak wangi itu. Tetapi dengan demikian setidaknya jemarimu menjadi wangi dan karenanya indera penciumanmu terpuaskan. Mengingat Tuhan adalah seperti hal itu. Meskipun engkau tidak mampu mencapai hakikat-Nya, mengingat Dia akan berdampak banyak, dan kemanfaatannya yang agung akan berlipat ganda. (57)
Sekarang orang lebih memilih buah – buahan lain dibanding gula sambil menyatakan, “Kami telah berpengalaman dengan rasa pahit yang amat banyak agar bisa mencapai derajat kemanisan.”
Apa yang engkau ketahui tentang nikmatnya rasa manis ketika engkau belum pernah mengalami kerasnya rasa pahit? (59)
Engkau tidak mau memohon, sedangkan seekor anjing, yang tidak memiliki kecerdasan akal ataupun pemahaman manusia, akan dating kepadamu ketika lapar dan mengibaskan ekornya seolah berkata, “Beri aku sesuatu untuk dimakan. Aku tidak memiliki sesuatupun untuk dimakan tetapi engkau memilikinya.” Kearifan seperti itulah yang dimilikinya. (63)
“Apakah engkau memiliki orang yang engkau percaya atau tidak?”
“Ya, demi Tuhan. Aku memiliki orang yang kupercayai dan ia aku cintai.”
“Apakah kepercayaanmu itu berdasarkan pada nalar yang benar, atau engkau sekadar menutup matamu dan mempercayainya?”
“Kepercayaan yang aku miliki tentu dengan nalar!”
“Lantas kenapa engkau mengatakan bahwa menjadi beriman itu harus meninggalkan nalar? Itu berarti engkau mengatakan sesuatu yang bertentangan.” (64)
Seorang yang mencuri digantung karena kejahatannya. Dia sesungguhnya adalah penyuluh bagi orang – orang muslim. Seolah dia berkata, “Siapapun yang mencuri akan dihukum seperti ini.” Demikian juga dengan orang lain yang dihadiahi oleh raja karena keadilan dan keberhasilannya dalam menjalankan tugas. Dia juga merupakan penyuluh bagi kaum muslim. Namun begitu, meskipun sama – sama penyuluh keduanya menggunakan bahasa yang berbeda. Lihatlah, betapa beda keduanya! (65)
Dunia ini ibarat busa di lautan. Tuhan Yang Maha Kuasa telah menciptakan busa pada keadaan yang sebaik – baiknya, sehingga Dia menjadikan orng – orang tertentu kembali ke lautan agar mempertahankan busa. (67)
Seorang Nabi bukan dilihat dari bentuknya. Sebab bentuk hanyalah tunggangan. Nabi adalah cinta dan kasih sayang, dan itulah yang tetap bertahan selamanya. (68)