Dalam suatu kesempatan aku mencoba berbicara dengan seorang pengkaji Al-Qur’an, “Tuhan telah berfirman dalam Al-Qur’an, katakanlah, apabila lautan adalah tinta untuk menulis ayat – ayat Allah, sesungguhnya laut takkan cukup menuliskan ayat – ayat Allah.” Namun dengan lima puluh dram tinta, orang sekarang mungkin bisa menulis seluruh isi Al-Qur’an. Itu karena sesungguhnya Al-Qur’an hanyalah sekedar perlambang dari pengetahuan Tuhan, bukan keseluruhan dari pengetahuan-Nya. Apabila tukang obat meletakkan sejumput obat pada selembar kertas, akankah engkau sedemikian bodoh mengatakan seluruh toko obat itu berada dalam kertas itu? (3)
Semua hal menyiratkan makna hakekat. Orang dapat mengungkapkan suatu makna hakekat yang sama dengan bentuk atau cara lain. Tetapi bagi mereka yang ketat pada aturan ‘hanya dapat dicapai melaui caranya sendiri,’ sangat sukar untuk bebicara kepada mereka. Apabila engkau menyampaikan hal sama dengan cara yang berbeda, mereka tidak akan mampu mendengarnya. (4)
Ada tiga jenis makhluk, yang pertama adalah malaikat, yang merupakan akal fitri. Sifat dan kebiasaan mereka adalah taat, menghamba dan takkan pernah berhenti berdzikir kepada Tuhan. Ketaatannya adalah hidangan sehari – hari yang membuatnya terus hidup. Dzikir baginya, seperti air bagi ikan. Bagi ikan, air membuatnya hidup. Ia menjadi ranjang dan bantalnya. Apa yang mereka lakukan tidak berdasarkan nafsu. Mereka bersih dan terbebas dari nafs. Maka bagaimana dikatakan kebaikan bila segala yang mereka dapat didukung keadaan tanpa nafsu atau hasrat badaniah? Dengan sifatnya yang bersih mereka tidak perlu berjuang melawan godaan. Ketaatan yang dilakukan malaikat tidak berarti apa – apa sebab hal itu sudah menjadi sifatnya. Karena telah menjadi sifat mereka yang tidak mampu untuk melakukan hal sebaliknya.
Yang kedua adalah jenis binatang. Jenis ini hanya memiliki nafs dan tidak memiliki akal sama sekali. Mereka tidak memiliki kecenderungan religius.
Dan yang ketiga manusia, yang merupakan gabungan antara akal dan nafsu. Dia setengah malaikat dan setengah binatang. Bagaikan keadaan makhluk yang merupakan gabungan sifat naga dan ikan. Sebagian dirinya berupa naga dan sebagian lain berupa ikan. Sifat ikannya menariknya ke air sedangkan sifat naganya menarikna ke daratan.
Keadaan tarik menarik itu berlangsung terus – menerus. “Orang yang akalnya melampaui nafsu, dia menempati derajat yang lebih tinggi dari malaikat. Sedang orang yang nafsunya mengalahkan akalnya, dia akan terjatuh pada derajat yang lebih rendah daripada binatang.” (5)
Demikianlah, meskipun balasan untuk kebaikan dan kejahatan dijanjikan Tuhan baru tiba di Hari kebangkitan, tetap saja muncul suatu keadaan yang mewakili balasan itu. Apabila manusia bergembira di dalam hatinya, itu adalah balasan karena dia telah membuat orang lain bahagia. Apabila sedih, itu adalah balasan karena telah membuat orang lain sedih. Terdapat suatu bentuk balasan sebagai pemisalan Hari Kebangkitan. Yang demikian agar orang dapat memahami yang banyak dari yang sedikit. (9)
“Dunia ini seperti mimpi.” Kenikmatan di dunia ini bagaikan kenikmatan orang yang meminum sesuatu dalam mimpi. Sama halnya dengan menghasratkan suatu hal duniawi, itu bagaikan meminta atau diberi sesuatu dalam mimpi. Ketika seseorang bangun dari tidurnya, dia tidak akan mendapatkan manfaat apapun dari yang telah dimakan atau diminumnya dalam mimpi itu. (15)
Tuhan membawa janin keluar dari timur, yaitu rahim dan mengirimnya tenggelam ke barat, yakni kuburan. Ini sama saja dengan pernyataan Ibrahim yang dikemukakan pada Namrudz. Tuhan menciptakan kembali manusia baru setiap saat. Dan bersamaan dengan itu, Ia mengirim hal baru ke dalam pikiran para manusia. Bentuk manusia dan yang dikirimkan padanya tidak sama satu dengan yang lainnya. Yang pertama tidak sama dengan yang kedua, tidak pula yang kedua dengan yang ketiga. Saying manusia tidak menyadari hal ini dan tidak mengetahui dirinya. (17)
Ketika kebencianmu terhadap seorang musuh sudah berlebihan, engkau mengharapkan agar musuhmu selamanya mengalami nasib sial dan buruk. Padahal roda kehidupan terus berputar dan demikian pula keadaan musuhmu. Kadang – kadang dia beruntung, kadang pula dia sial. Mengharap musuhmu selalu sial akan membuat pikiranmu terganggu. (18)
Matahari sesungguhnya selalu hadir dan ada. Dan setiap orang terhangati olehnya. Meskipun begitu, karena matahari tidak selamanya terlihat, manusia tidak mengetahui bahwa kehangatan dan kehidupannya berasal darinya. (19)
Akal adalah satu jenis yang sama dengan malaikat, meskipun malaikat memiliki sayap sedangkan akal tidak. Namun jika kedua hal itu memiliki fungsi yang sama, maka perlu dipertimbangkan bentuk dari kedua hal tersebut. Dalam hal ini akal dan malaikat. Bila bentuk malaikat lenyap kenyataannya mereka hanya akan menjadi akal fitri yang tidak memiliki sayap.
Kami menjadi sadar bahwa malaikat merupakan akal fitri yang telah berwujud. Pada hakekatnya mereka dinamakan “akal yang terejawantah”. Sama halnya, apabila engkau membuat burung dari lilin, lengkap dengan bulu dan sayapnya, dia akan tetap sebagai lilin. Tidakkah engkau melihat ketika bulu, sayap, kepala dan kaki burung itu dilelehkan, ia akan kembali menjadi lilin? (24)