Tatkala engkau mampu 
meruntuhkan penjara dari jasad ini maka 
engkau akan segera dapat mengepakkan 
sayap dan terbang tinggi bersama roh. (61)
Kau sudah sangat jauh berlari 
di atas tanah ini dan mengelilingi dunia. 
Maka kini, lakukanlah perjalanan di dalam roh 
dan saksikan sejatinya manusia yang telah 
menjelma roh! 
Saksikan para pemuja 
Perintah Tuhan tenggelam dalam perintah – 
Nya dengan segala karunia, keindahan, 
dan kesaksian mereka. (62)
Tak ada satupun jalan 
untuk lari dari – Nya, sebab Tuhan adalah Roh 
dari semua roh. Aku tidak dapat 
menyaksikan satu roh pun yang menjadi 
musuh bagi Roh-nya. (63)
Kedirian itu ibarat musim gugur 
yang menyelimuti taman. Dan engkau yang 
ingin melihat wajah dan senyum dari 
taman, tunggulah musim semi yang akan 
membuka selubung kepalsuan 
musim gugur. (65)
Seekor burung yang terbebas
dari jerat kedirian tak lagi punya rasa takut. Ia 
terbang dengan bebas ke mana saja. (67)
Mengapa hati begitu terasing 
dalam dua dunia? Itu disebabkan Tuhan Yang 
Tanpa Ruang kita lemparkan menjadi
terbatasi ruang. (69)
Karena bangga diri dan buta hati, 
seperti iblis, manusia ini tak lagi memuliakan 
orang suci. Katanya, “Bagi tuhan saja 
sujud kupersembahkan.”
Padanya Adam memberikan jawaban, “Sujud 
kepadaku ini untuk-Nya. Kau melihatnya 
berupa dua sujud karena ketersesatan 
dan keingkaran.” (70)
Manakala kau telah mampu 
membunuh kedirianmu yang keji, maka kau 
akan mampu menjejakkan kaki di atas 
menara langit ke tujuh! (75)
Di dunia debu ini, berapa lamakah 
kita akan melumuri pakaian kita dengan 
kotoran, batu – batu, dan tanah, 
sebagaimana seorang bocah?
Mari kita tinggalkan debu dan terbang ke 
langit, melepaskan diri dari kekanak – 
kanakan menuju kematangan! (91)
Tanpa ragu, dunia wujud adalah sampah!
Tempat kita yang sesungguhnya adalah 
hakikat, maka pergilah ke sana! (124)
Hakikat adalah lautan, 
kita adalah ikan, dan wujud adalah jaring.
Bagaimana mungkin dia yang berada 
dalam jarring dapat menikmati lautan? (125)
Seperti seorang anak kecil yang mati 
di dada ibunya, aku ingin mati di dada Kasih 
dan Rahmat Yang Maha Pengasih.
Igauan apa ini? Bagaimana mungkin seorang 
pecinta mati? Sungguh aneh, ada sesuatu 
yang mati dalam air kehidupan. (133)
Ketahuilah, apapun yang 
menjadikanmu tergetar itulah yang terbaik 
bagimmu! Dan karena itulah, hati seorang 
pecinta lebih besar daripada 
singgasana Tuhan. (135)
Cinta tak dapat ditemukan 
melalui pendidikan dan ilmu pengetahuan, 
buku – buku dan tulisan – tulisan.
Apapun yang dikatakan orang, 
bukanlah jalan para pecinta. (136)
Apapun yang kau dengar dan 
katakan (tentang cinta), itu semua hanyalah 
kulit. Sebab , inti dari Cinta adalah sebuah 
rahasia yang tak terungkapkan. (138)
Ketahuilah, kebesaran cinta itu 
dapat diukur dari apa yang dicintainya. Duhai 
pecinta yang miskin, termasuk golongan 
yang manakah dirimu? (142)

