Mati tanpa cinta 
adalah kematian terburuk dari segala 
kematian. Tahukah, mengapa tiram 
bergetar? Tentu karena mutiara. (151)
Jibril menari – nari karena cintanya 
pada Keindahan Tuhan. Sedangkan Ifrit menari 
karena citanya pada setan betina. (154)
 Perang di tengah - tengah makhluk,
kebencian di tengah - tengah semua kehidupan.
Semua dia letakkan selalu dalam keadaan 
sebagai teman yang baik!
Dia berbicara manis dan mengalirkan kata - kata
pada bunga dan menjadikannya tertawa,
Dia menjadikannya sudut yang lembut
pada kabut dan membasahi matanya.
Dia berkata pada bunga,
"Perayaan adalah yang terbaik!" Dia berkata
pada kabut, "Menangis adalah yang 
terbaik!" Tiada seorang pun menerima 
nasihat dari orang lain.
Dia berkata kepada cabang, "Menarilah!", 
pada dedaunan, "Bertepuklah!", pada langit,
"Berputarlah mengelilingi rumah
bumi yang besar ini!" (155)
Bertaudanlah pada Nabi
"Apapun yang Tuhan berikan padamu,
tentu punya arti!"
Jika kau senantiasa menanggung beban derita,
maka pintu surga akan terbuka.
Jika kesusahan menghampirimu, peluklah ia
bagai seorang kawan!
Jika datang siksa dari Tuhan Yang Tercinta,
cobalah sambut ia dengan mesra!
Lalu kesusahan akan melemparkan 
topengnya. Maka menjelmalah hujan gula,
hingga lembutlah hati yang membara. (156)
Apapun yang kuterima
dari-Mu semua kuserahkan pada presepsi-Mu
semata, karena presepsi-Mu adalah
keagungan dalam gambaran Roman Muka.
Tidak, aku salah. Karena meski tidak semulia
presepsi-Mu, segala keindahan dan ke-
sahajaan dalam tiap presepsi adalah
pemberian-Mu juga. (157)
Dunia tanah dan air ini 
adalah substansi dari keingkaran dan 
kefanaan. Aku telah memasuki jantung
keingkaran supaya memperoleh keyakinan.
Raja dunia mencari seorang pecinta yang 
seimbang. Dan beruntunglah, wajahku 
bercahaya bagai koin emas sehingga aku 
dapat memperoleh tempat dalam 
Timbangan-Nya.
Kasih Tuhan adalah air yang hanya akan 
menuju tanah yang rendah. Karena itu aku 
ingin menjadi debu supaya bisa menjadi 
objek Kasih-Nya dan dapat mencapai-Nya.
Hanya kepada yang sakitlah seorang dokter itu
memberi pil atau obat.
Karena itu aku ingin benar – benar sakit supaya 
memperoleh Obat-Nya. (160)
Karena keindahan hanyalah 
tipu daya, maka peganglah ujung cadar 
kesusahan.
Di jalan ini, aku adalah pelacur 
yang telah melepaskan cadar dari setiap 
wajah keindahan. Mereka mengenakan cadar – cadar 
yang menakutkan, karena itu kau menganggap 
mereka adalah naga.
Tapi karena aku hidup dengan rohku, maka 
kutempatkan naga – naga pada 
singgasana yang mulia!
Demikian jika engkau hidup dengan rohmu, 
maka dengarkan apa kata mereka!
Kesusahan tak pernah menghampiriku 
tanpa tawa. Karena aku menganggap 
sakit adalah obat.
Tiada sesuatupun yang lebih diberkati selain 
kesusahan, karena ia adalah pahala 
pada akhirnya.
Jika engkau menunjukkan kesatriaanmu, 
maka tidak akan kau temukan sesuatu. Aku 
akan diam, dan kubiarkan kesalahan 
menjauhi mulutku. (162)
Tak peduli engkau suci atau tidak, 
hendaknya jangan lari! Justru mendekatlah, 
karena kedekatan dengan-Nya 
menambah kesucian. (165)
Setiap hari, Tuhan membuatku terus gila.
Ia datang dengan beraneka ragam permainan.
Kusadari aku menjadi mainan-Nya yang 
senantiasa dibikin bingung dalam 
permainan-Nya. (168)
Apalah arti tempat yang luas ini 
bagi seekor semut? Sulaiman sendiri 
telah merobek jubah kerinduannya!
Duhai Tuhan, janganlah Engkau hukum aku 
karena kiasan – kiasan hina ini!
Sebab jubah – jubah dipotong sesuai dengan 
bentuk tubuh pemesannya. Meski kain 
dari-Mu panjang, tapi tubuh mereka 
pendek.
Karena itu bawakan padaku tubuh 
yang tinggi menjulang. Maka akan kami 
potong sebuah jubah yang luasnya tak 
terukur oleh rembulan. (174)
Jika kau ingin melihat Tuhan 
dalam Bayangan-Nya, maka tundukkan selalu 
rohmu dalam sujud! (178)
Manakala teofani Keindahan 
Tuhan bertambah, lihatlah atom demi atom 
dari dunia mabuk. Dengan demikian kita 
jadi paham kenapa Musa menjadi pingsan 
tatkala hendak menyaksikan-Nya. (180)

